Novel is a long prose essay that contains a series of stories of a person's life with those around him and accentuates the character character and nature of each actor. The purpose of this study is to describe the role and the character in Orang-Orang Proyek written by Ahmad Tohari. This reasearh use analysis descriptive method. Data were collected by using study of documentary technique. The results of this study shows that the role in Orang-Orang Proyek written by Ahmad Tohari are 1 Kabul, 2 Dalkijo, 3 Wati, 4 Pak Tarya, 5 Pak Kades Basar, 6 Mak Sumeh, 7 Biyung, and 8 Yos. Furthermore, the character of the figures include 1 faithful, 2 wise, 3 unpretentious, 4 narrow-minded, 5 short-tempered, 6 honest, 7 attached, 8 philantropist, 9 friendly, 10 funny, 11 fair, 12 persevering, 13 coquettish, and 14 sassy. To read the file of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
TopPDF BAB I Tanggapan Masyarakat Dan Fungsi Legenda Kyahi Hageng Singoprono Di Gunung Tugel Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali: Tinjauan Resepsi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. dikompilasi oleh 123dok.comSinopsis Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari. Novel Orang-Orang Proyek adalah karya Ahmad Tohari. Novel ini menceritakan kehidupan orang-orang yang bekerja dalam suatu proyek pembangunan. Tokoh utama novel Orang-Orang Proyek adalah Kabul. Kabul adalah seorang insinyur yang menangani proyek besar, yakni pembangunan sebuah jembatan di Sungai Cibawor. Kabul adalah lulusan perguruan tinggi dengan gelar insinyur. Ia selalu ingin menerapkan ilmunya dengan cara sebaik-baiknya. Idealismenya sebagai insinyur sangat tinggi. Akan tetapi, dalam proyek tersebut ia harus mempertaruhkan idealismenya sebagai insinyur. Di tengah-tengah proses pengerjaan proyek, ia harus berhadapan dengan pihak-pihak yang menginginkan dana proyek untuk kepentingan-kepentingan di luar proyek, terutama untuk kepentingan partai golongan bertemu dengan seorang pemancing tua bernama Pak Tarya. Pak Tarya adalah seorang pensiunan pegawai Kantor Penerangan yang mempunyai hobi memancing. Selain itu, Pak Tarya pernah menjadi wartawan di Jakarta. Perkenalan Kabul dengan Pak Tarya mengakibatkan keakraban pada hubungan mereka berdua. Mereka sering bercerita mengenai kehidupan mereka, bahkan Kabul sering menceritakan kecurangan-kecurangan yang dilakukan dalam proyek Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad mempunyai karyawan bernama Wati. Wati bekerja sebagai penulis di kantor Kabul. Intensitas pertemuan membuat hubungan mereka lebih akrab. Wati bahkan diam-diam mulai menyukai Kabul, padahal Wati sudah mempunyai pacar bernama Yos. Kedekatan Wati dan Kabul menjadi sebuah obrolan ringan di sekitar proyek. Mak Sumeh—penjual makanan khas tegal—di proyek Kabul bahkan menjadi mak comblang bagi hubungan Kabul dan Wati. Akan tetapi, Kabul tetap menjaga etika dengan Wati karena Kabul sudah tahu kalau Wati sudah mempunyai pacar. Basar—kapala desa sekaligus teman Kabul sealmamater—pun menasihati Kabul untuk menjaga jarak dengan Wati. Wati yang dilema terhadap perilaku Kabul yang kurang memperhatikan dirinya akhirnya jatuh sakit. Akhirnya, Wati membuat keputusan agar bisa putus dengan Yos. Yos masih kuliah, sedangkan Wati sudah bekerja. Wati menuntut Yos agar segera menikahinya. Kalau tidak, maka lebih baik putus. Yos akhirnya memilih putus karena ia lebih mengedepankan kuliahnya dan nasihat dari teman sert Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari. Latar novel ini adalah sekitar tahun 1991. Pengambilan latar pada tahun 1991 karena dekat dengan Pemilu 1992. Kabul harus mengalami konflik batin karena proyeknya tidak dituntut untuk menghasilkan jembatan yang berkualitas tinggi, namun lebih dituntut untuk digunakan dalam ajang kampanye partai penguasa, yakni Golongan Lestari Menang GLM. Selain itu, banyak dana proyek yang digerogoti pihak-pihak GLM. Akhirnya dengan dana yang terbatas ia melakukan berbagai cara agar proyek yang ditanganinya menghasilkan jembatan dengan mutu yang ditangani Kabul tidak hanya mendapat rongrongan dari golongan penguasa, namun juga mendapat hambatan dari pekerja-pekerja proyek, terutama mandor proyek. Mereka mengorupsi bahan-bahan material proyek demi mendapatkan keuntungan lebih. Kabul pun harus berpikir keras ketika panitia renovasi masjid meminta sumbangan ke proyek. Renovasi masjid itu pada intinya ditujukan untuk ajang pamer pada kampanye partai GLM. Basar sang kepala desa bahkan tidak bisa berbuat apa-apa karena secara birokratif ia sudah termasuk dalam daftar GLM. Akan tetapi, jiwa idealisme Basar masih ada dan tidak sepenuhnya mendukung GLM, bahkan ketika pemilu ia adalah kepala desa yang termasuk dalam golongan putih golput.Sinopsis Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari. Konflik batin yang dialami Kabul memuncak ketika Dalkijo—pimpinannya—meminta Kabul untuk menggunakan besi bekas sebagai kerangka lantai jembatan karena dana sangat terbatas. Kabul menolak karena jika bahan bekas itu digunakan, jembatan akan cepat rusak bahkan jebol. Akal sehat Kabul memihak pada kejujuran hati dan idealismenya. Ia sudah bertekad untuk mundur dari proyek yang dikerjakannya. Kabul akhirnya keluar dari proyek tersebut dan ia hanya merasa bertanggung jawab atas kerja awalnya. Pengunduran diri Kabul membuat Dalkijo marah dan mengancam Kabul akan dilaporkan ke aparat sebagai orang yang tidak bersih lingkungan. Akan tetapi, tekad Kabul untuk hengkang dari proyek itu sudah bulat. Ia tidak termakan oleh ancaman dari Dalkijo pembangunan jembatan Cibawor tetap berlangsung dengan menggunakan bahan material bekas. Akhirnya jembatan itu selesai. Belum lama jembatan itu selesai dibangun, jembatan tersebut digunakan untuk jalur kampanye GLM. Kendaraan-kendaraan berat yang sarat dengan peserta kampanye akan melewati jembatan yang belum lama selesai dibangun tersebut. Banyak yang mengkhawatirkan—termasuk Kabul—jika jembatan itu akan jebol karena belum sepenuhnya kuat untuk digunakan. Akan tetapi, pada akhirnya jembatan tersebut mampu menahan puluhan kendaraan yang sarat dengan penumpang peserta Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari. Kabul tidak mau lagi bekerja di proyek milik pemerintah karena di sana banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan jiwa idealisnya. Setahun setelah meninggalkan proyek pembangunan jembatan Cibawor, Kabul memilih bekerja di proyek milik swasta. Kabul pun akhirnya menikah dengan Wati. Pada perjalanan pulang ke rumah biyung, Kabul melewati jalan yang dihubungkan oleh jembatan Cibawor. Kabul kaget karena ternyata jalan itu ditutup dan ada plakat yang menyatakan bahwa jalan dialihkan karena jembatan berjalan kaki melihat apa yang terjadi dengan jembatan Cibawor. Dan ternyata benar, jembatan itu rusak. Lantai jembatan jebol. hal itu sudah diduga oleh Kabul. Kabul merasa tanggung jawabnya sudah terpenuhi karena ia hanya bertanggung jawab terhadap mutu struktur jembatan bukan lantai jembatan yang dibangun dengan material bekas dan tentu saja bukan dikerjakan oleh Kabul.
Sepertiyang telah disebutkan, PIC adalah seorang yang bertugas dan bertanggung jawab atas jalannya pekerjaan atau proyek tertentu dalam perusahaan. Biasanya, manajer atau kepala divisi akan menunjuk salah satu anggotanya untuk bertugas sebagai PIC. Dalam hal ini, orang yang dipilih tentu saja adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
Oleh Andi Dwi Handoko Abstract The aims of this research are to describe 1 connection the creation of intrinsic elements in novel Orang-orang Proyek and novel trilogy of Ronggeng Dukuh Paruk; 2 the writer world view in novel Orang-orang Proyek and novel trilogy of Ronggeng Dukuh Paruk; 3 society structure of novel Orang-orang Proyek and novel trilogy of Ronggeng Dukuh Paruk. This research is formed descriptive qualitative use genetic structuralism approach. The method that used is dialectic. Sample in this research was put with purposive sampling technique. Technique of collecting data use document analysis technique and interview. Technique of analysis data is flow model of analysis. Based on the result of this research can concluded 1 finding connection the creation of intrinsic elements in novel Orang-orang Proyek and novel trilogy of Ronggeng Dukuh Paruk; 2 the writer world opinion Ahmad Tohari in novel Orang-orang Proyek dan trilogy of Ronggeng Dukuh Paruk is humanism universal consist of religious opinion, artistry, social, culture, policies, economy, and moral value ; and 3 social structure in novel Orang-orang Proyek and novel trilogy of Ronggeng Dukuh Paruk divided to be two, that is government institution and religion with there homology between text structure and social structure in novel Orang-orang Proyek and novel trilogy of Ronggeng Dukuh Paruk. Key words genetic structuralism, world view, society structure. A. Pendahuluan Perkembangan sastra di Indonesia memperlihatkan angka positif. Sastra banyak diminati orang lantaran sastra bersifat dulce et utile, yakni berkhasiat dan menghibur. Sastra sanggup dijadikan sebagai sarana lisan dan rohani, bahkan sebagai sarana berekonomi. Tidak jarang ada seorang penulis sastra yang menggantungkan penghasilan hidupnya hanya dari menulis karya sastra. Perkembangan sastra memberi sinyal bahwa kehidupan seni bahasa masih mendapat perhatian di masyarakat. Perkembangan sastra ini mengacu pada aspek kuantitas dan kualitas. Salah satu karya sastra yaitu novel. Sebuah novel memperlihatkan suatu citra luas terhadap pembacanya. Ruang luas dalam novel memungkinkan seseorang untuk menggali lebih dalam atas nilai-nilai dan informasi di dalam novel. Pengarang mempunyai pengalaman dan ilmu pengetahuan yang luas sebagai materi untuk mengarang novel. Di tengah gencarnya arus budaya sastra populer, kini masih sanggup ditemukan novel yang memuat kritik sosial. Contoh novel yang sarat dengan nilai kritik sosial yaitu novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Kedua novel ini menceritakan masyarakat kecil yang tertindas oleh kesewenang-wenangan para penguasa. Bahasa yang lugas namun cerdas yang digunakan Ahmad Tohari menciptakan kedua novel tersebut gampang dipahami oleh pembaca awam.. Novel Orang-orang Proyek merepresentasikan lika-liku kehidupan orang-orang proyek pada masa Orde Baru. Novel ini menceritakan seorang insinyur berjulukan Kabul. Kabul diceritakan sebagai tokoh yang harus mempertahankan idealismenya di tengah-tengah masyarakat yang terbawa arus budaya pragmatisme Orde Baru. Praktik kerja pada Orde Baru cenderung membiasakan budaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN. Kabul mendapat sebuah proyek pembangunan jembatan. Akan tetapi, anggaran dana proyek yang seharusnya untuk membiayai proyek harus dipolitisasi dan dikebiri untuk urusan di luar proyek. Novel ini intinya berisi kritikan terhadap pemerintahan Orde Baru yang selalu membela kepentingan suatu golongan. Novel ini secara tidak pribadi juga mengkritik pemerintahan kini yang masih saja belum bebas dari budaya KKN. Trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk memakai latar tahun 1960-an. Latar tersebut memberi citra perihal sejarah komunis dan transisi Orde Lama ke Orde baru. Barangkali Ahmad Tohari ingin memberikan pengalaman pahit rakyat kecil yang tertindas di zaman itu. Di dalam trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari memperlihatkan nilai-nilai perihal kebudayaan dan humanisme dengan lebih intens. Trilogi novel ini yaitu penyatuan tiga novel, yakni Catatan buat Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Trilogi novel ini menceritakan degradasi sosial yang di alami suatu dukuh yang berjulukan Dukuh Paruk dengan sentra pengisahan seorang ronggeng berjulukan Srintil. Srintil harus menjalani aneka macam problematika lantaran statusnya sebagai ronggeng dan tahanan politik. Selain itu, terdapat tokoh Rasus yang diceritakan sebagai anak Dukuh Paruk yang bersifat kritis. Ia meninggalkan Dukuh Paruk untuk mencari jati dirinya. Kekuatan dari kedua novel tersebut yaitu kedekatan dongeng dengan realitas sejarah Indonesia. Penceritaan perihal sisi lain pemerintahan Orde Baru dan peralihan antara Orde Baru dengan Orde Lama merupakan refleksi pengarang sebagai subjek kolektif. Dengan demikian, Ahmad Tohari dikatakan menyerupai menyingkap tabir sejarah dengan caranya sendiri. Hal ini menguatkan bahwa sastra bukanlah karya fiktif tanpa realitas. Karya sastra yaitu rekaman sejarah dan fakta sosial yang dikemas dengan kreativitas pengarang. Oleh lantaran itu, karya sastra tetap mengandung bobot kebenaran yang nyata. Beracuan pada alasan-alasan tersebut, peneliti ingin mengetahui 1 keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk; 2 pandangan dunia pengarang yang tercermin dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk; dan 3 struktur sosial novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk sesuai dengan pendekatan strukturalisme genetik. B. Pendekatan dan Kajian Teori Bentuk penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif dengan pendekatan strukturalisme genetik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode dialektik lantaran pendekatannya yaitu strukturalisme genetik. Metode yang digunakan dalam strukturalisme genetik yaitu metode dialektik Titik Maslikatin, 200323. Cara kerja metode ini yaitu dengan pemahaman bolak-balik dari struktur karya ke struktur masyarakat atau sebaliknya. Strukturalisme genetik yaitu cabang penelitian sastra secara struktural yang tak murni Suwardi Endraswara, 2003 55. Maksud dari struktural yang tak murni yaitu penelitian ini tetap memakai kajian struktural otonom sebagai dasar kemudian dilanjutkan dengan aspek-aspek di luar karya sastra yang meliputi keadaan sosial yang turut membangun lahirnya karya sastra tersebut. Munculnya strukturalisme genetik merupakan reaksi atas struktural otonom yang hanya memandang otonomi karya sastra dan mengabaikan latar belakang sejarah. Iswanto 2003 59 memberi batasan perihal strukturalisme genetik sebagai sebuah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal. Strukturalisme genetik merupakan suatu disiplin yang menaruh perhatian kepada teks sastra dan latar belakang sosial budaya, serta subjek yang melahirkannya Sangidu, 2004 29. Nyoman Kutha Ratna 2009 123 mendefinisikan bahwa strukturalisme genetik yaitu analisis struktur dengan memberi perhatian terhadap asal-usul karya. Dalam hal ini struktur mengacu pada struktur intrinsik dan ekstrinsik, namun masih ditopang oleh beberapa teori sosial menyerupai konsep homologi, struktur sosial, subjek kolektif, dan pandangan dunia. Strukturalisme genetik merupakan campuran antara strukturalisme dengan Marxisme. Chennells 1993 109 menjelaskan “marxism is a theory of social change which argues that social change is created through the interaction of the material realities of a society...”“marxisme yaitu teori perihal perubahan sosial yang beropini bahwa perubahan sosial diciptakan melalui interaksi dari realitas material kehidupan masyarakat...”. Berangkat dari pengertian ini, strukturalisme genetik mengandung penelaahan-penelaahan karya sastra yang dihubungkan dengan kondisi sosial. Strukturalisme genetik sebagai potongan dari strukturalisme memahami segala sesuatu di dalam dunia ini, termasuk karya sastra sebagai struktur. Oleh lantaran itu, perjuangan strukturalisme genetik untuk memahami karya sastra terarah pada perjuangan untuk menemukan struktur karya itu. Penjelasan di atas merupakan reduksi beberapa pemikiran dari Abrams, Alam Swingewood, dan Thomas Sebeok dalam Jiwa Atmaja, 2009 115 yang berturut-turut menyebut strukturalisme genetik sebagai kritik historian yang paling menonjol pada jalur Marxisme. Penelitian strukturalisme genetik diawali dari kajian unsur intrinsik kesatuan dan koherensinya sebagai data dasarnya. Selanjutnya penelitian dilakukan dengan menggabungkan aneka macam unsur intrinsik tersebut dengan realitas sosial budaya masyarakatnya. Karya sastra sebagai refleksi zaman sanggup mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi dan budaya. Peristiwa-peristiwa penting pada zamannya akan dihubungkan pribadi dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra Suwardi Endraswara, 2003 56. Peletak dasar strukturalisme genetik yaitu Taine. Taine menyatakan bahwa sastra tidak hanya sekadar karya yang bersifat imajinatif dan pribadi, melainkan cerminan atau rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada dikala karya itu dilahirkan Zainuddin Fananie, 2002 117. Selanjutnya pendekatan strukuralisme genetik dikembangkan oleh Lucien Goldmann. Ia yaitu spesialis sastra Perancis. Pendekatan ini merupakan satu-satunya pendekatan yang bisa merekonstruksi pandangan dunia pengarang. Pendekatan ini tidak menyerupai pendekatan Marxisme yang cenderung positivistik dan mengabaikan kelitereran sebuah karya sastra. Goldmann tetap berpijak pada strukturalisme lantaran ia memakai prinsip struktural yang dinafikan oleh pendekatan marxisme, hanya saja kelemahan pendekatan strukturalisme diperbaiki dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra Iswanto, 2003 60. Faruk 1999 12 menyatakan bahwa Goldmann percaya karya sastra merupakan sebuah struktur. Karya sastra tidak berdiri sendiri, melainkan banyak hal yang menyokongnya sehingga menjadi satu bangunan yang otonom. Akan tetapi, Goldmann tidak secara pribadi menghubungkan antara struktur teks dengan struktur sosial yang menghasilkannya, melainkan mengaitkannya terlebih dahulu dengan kelas sosial dominan. Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain, yakni fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan klarifikasi Faruk, 1999 12. Langkah pertama dalam penelitian ini yaitu analisis struktur karya sastra berdasarkan strukturalisme. Nugraheni Eko Wardani 2009 183 menyebutkan bahwa strukturalisme memandang bahwa struktur karya sastra terdiri atas tema, plot, setting, penokohan dan perwatakan, dan sudut pandang. Konsep struktur pada pendekatan strukturalisme genetik berpusat pada korelasi antartokoh yang menekankan tokoh pahlawan sebagai tokoh yang mengalami degradasi. Goldmann dalam Nugraheni Eko Wardani, 2009 55 menyatakan bahwa konsep strukturnya menitikberatkan pada korelasi antartokoh yang bersifat tematis. Langkah selanjutnya yaitu menganalisis pandangan dunia pengarang. Pandangan dunia berdasarkan Goldmann dalam Faruk, 1999 16 yaitu istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial lain. Setelah menganalisis pandangan dunia, penelitian mengarah ke dalam analisis struktur sosial. Dalam hal ini, struktur sosial mengacu pada tataran institusi pemerintahan/politik dan institusi religi yang tercermin dalam novel Orang-orang Proyek OOP dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk RDP. C. Analisis dan Pembahasan Di dalam analisis data ini, peneliti menganalisis novel Orang-orang Proyek dan kaitannya dengan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk memakai pendekatan strukturalisme genetik. 1. Keterjalinan Antarunsur Intrinsik Novel Orang-orang Proyek dan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Novel OOP dan RDP memperlihatkan suatu keterjalinan antarunsur intrinsik. Hal ini dibuktikan dengan keterkaitan antara unsur yang satu dengan yang lain. Unsur-unsur itu yaitu tema, penokohan, plot, latar, dan sudut pandang. Tema dalam OOP dan RDP mendukung keseluruhan unsur intrinsik lantaran tema yaitu gagasan dasar yang melatari cerita. Ada lima tingkatan tema berdasarkan Shipley dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 80-81, yakni tema tingkat fisik, organik, sosial, egoik, dan divine. Tema dalam OOP dan RDP yaitu tema sosial jikalau dipandang dengan pembagian terstruktur mengenai tema berdasarkan Shipley. Tema berafiliasi dengan penokohan lantaran tema membentuk karakter-karakter yang dimiliki setiap tokoh. Kabul sebagai sentra pengisahan dalam OOP yaitu tokoh yang memperjuangkan nilai-nilai humanisme/sosial. Kabul diceritakan menentang praktik korupsi, suap, pragmatisme, dan lain-lain yang pada kesudahannya menjadi kasus sosial yang merugikan masyarakat. Karakter Kabul terbentuk dari tema, begitu pula dengan tokoh lainnya. Pada dongeng RDP, ada Srintil dan Rasus. Tokoh-tokoh ini mewakili pemunculan kasus sosial dalam RDP. Srintil diceritakan sebagai ronggeng dan Rasus diceritakan sebagai cowok Dukuh Paruk yang tidak menyetujui praktik-praktik eksploitasi perempuan dalam peronggengan. Perbedaan pandangan antartokoh tersebut menguatkan adanya kasus pandangan sosial. Rasus juga diceritakan sebagai seorang yang menentang pembunuhan dan penahanan orang-orang komunis. Karakter Kabul, Rasus, dan Srintil terbentuk dari tema, begitu pula dengan tokoh lainnya. Tokoh-tokoh yang berada dalam jalinan dongeng OOP dan RDP saling berafiliasi dan saling memunculkan konflik. Konflik-konflik yang terjadi dalam dongeng menciptakan jalinan pada alur. Konflik antartokoh dalam OOP dan RDP menghidupkan alur cerita. Dominasi alur dongeng pada OOP dan RDP yaitu alur lurus. Di beberapa potongan ada yang memakai alur flash-back, namun hal itu hanyalah pembayangan dongeng dari seorang tokoh. Selain itu, unsur-unsur tersebut juga didukung oleh latar. Unsur latar memberi penitikberatan pada penokohan dan mendukung terjadinya jalinan cerita/plot. Latar tempat, waktu, dan sosial memberi ruang penceritaan sehingga tokoh-tokoh sanggup saling berinteraksi. Latar memberi konteks dongeng sehingga mendukung dan menjalin unsur-unsur yang lain. Unsur terakhir yang mendukung yaitu sudut pandang. Sudut pandang dalam OOP dan RDP yaitu omniscient narratif, yakni pengarang serba tahu dan sanggup menceritakan segalanya atau memasuki aneka macam kiprah secara bebas. Sudut pandang memberi bantuan bagi pengarang dalam menjalin semua unsur berdasarkan posisinya sebagai pengarang. Dengan demikian, unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan sudut pandang dalam OOP mempunyai keterjalinan dan saling mendukung satu dengan yang lain. Keterjalinan antarunsur intrinsik dongeng OOP dan RDP diuji dengan aturan plot. Kenny dalam Nugraheni Eko Wardani, 2009 39 mengungkapkan bahwa aturan plot ada empat, yakni plausibility kebolehjadian, surprise kejutan, suspense ketegangan, dan unity kesatuan. Plausibility kebolehjadian memperlihatkan bahwa dongeng OOP dan RDP mempunyai kemungkinan terjadi di dunia nyata. Setiap potongan dongeng mempunyai kadar plausbility yang berbeda. Ada yang berkemungkinan besar dan berkemungkinan kecil. Cerita dibangun oleh konflik-konflik yang dimunculkan oleh tokoh-tokoh. Konflik ini sering hiperbolis dari kenyataan bantu-membantu sehingga konflik terasa sangat kuat dan tajam. Kekuatan dan ketajaman konflik ini yang menciptakan dongeng memilki plausibility yang tinggi. Surprise kejutan memperlihatkan bahwa dongeng OOP dan RDP mengandung kejutan-kejutan bagi pembaca. Kejutan-kejutan tersebut menciptakan dongeng semakin berdaya tarik tinggi. Kejutan dalam OOP menyerupai dongeng dikala terjadinya iring-iringan kendaraan penerima kampanye GLM melewati jembatan Cibawor yang belum usang selesai dibangun. Banyak yang menduga jembatan tersebut akan amblas lantaran belum sepenuhnya kuat. Akan tetapi, dongeng memperlihatkan bahwa jembatan tersebut kuat dan tidak amblas. Walaupun demikian, pada simpulan cerita, pembaca dikejutkan dengan dongeng bahwa jembatan Cibawor rusak lantaran lantai jembatan amblas. Kejutan dalam RDP menyerupai dongeng malam bukak klambu bagi Srintil. Di dalam dongeng ada dua orang yang bersaing untuk memenangkan malam bukak klambu, yakni Sulam dan Dower. Orang yang berhak atas malam bukak klambu yaitu orang kaya, namun pengarang RDP justru memberi kejutan kepada pembaca. Ternyata yang mendapat malam bukak klambu yaitu Rasus. Surprise lainnya yaitu pada simpulan dongeng Srintil diceritakan menjadi gila lantaran dikhianati oleh Bajus. Padahal dari awal tidak ada indikasi-indikasi Srintil akan menjadi gila. Suspense tegangan memperlihatkan bahwa dongeng OOP dan RDP mempunyai ketegangan dongeng yang memunculkan daya tarik tinggi bagi pembaca. Berbagai konflik yang dimunculkan pengarang menciptakan ketegangan dongeng menjadi kuat. Ketegangan tersebut menyerupai konflik antara Kabul dan Dalkijo. Konflik tersebut memperlihatkan ketegangan yang terjadi antara Kabul dan Dalkijo. Kabul ingin mengundurkan diri dari proyek lantaran mempertahankan idealismenya, sedangkan Dalkijo mengancam Kabul untuk tetap bertahan di proyek. Selain itu, ada juga konflik antara Kabul dan Kang Martasatang yang begitu menegangkan. Konflik yang menandai titik puncak yaitu konflik yang paling kuat, yakni ketika jembatan Cibawor yang belum usang selesai dibangun sudah digunakan untuk dilewati kendaraan-kendaraan berat pada ajang kampanye partai golongan. Keteganganpada RDP menyerupai dongeng dikala Srintil dinobatkan sebagai ronggeng pada upacara di dekat makam Ki Secamenggala. Ketegangan terjadi dikala dukun ronggeng, yakni Kartareja mendadak tidak sadarkan diri. Kartareja diduga dirasuki roh Ki Secamenggala dan memeluk Srintil dengan kuat sehingga Srintil sulit untuk bernapas. Ketegangan tersebut reda sesudah disiram air kembang oleh Nyai Kartareja. Unity kesatuan memperlihatkan bahwa dongeng OOP dan RDP yaitu satu kesatuan utuh dan saling terkait. unsur-unsur dalam dongeng yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan sudut pandang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan cerita. Novel OOP yang dibagi menjadi lima potongan juga mengindikasikan bahwa lima potongan tersebut semuanya saling terkait dan membentuk satu kesatuan cerita. RDP juga memperlihatkan unity. Trilogi novel yang dibagi menjadi tiga buku juga mengindikasikan bahwa tiga potongan tersebut semuanya saling terkait dan membentuk satu kesatuan cerita. Berdasarkan aturan plot di atas, sanggup dikatakan bahwa OOP dan RDP mempunyai keterjalinan antarunsur intrinsik yang baik. 2. Pandangan Dunia Ahmad Tohari dalam Novel Orang-orang Proyek dan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Goldmann dalam Suwardi Endraswara, 2003 57 beropini bahwa karya sastra sebagai struktur bermakna mewakili pandangan dunia pengarang, tidak sebagai individu melainkan sebagai anggota masyarakat. Pengarang mempunyai pandangan terhadap masalah-masalah dalam lingkungannya. Pandangan tersebut sekaligus mewakili pandangan orang-orang yang berada dalam tatanan sosial kultural pengarang. Berikut yaitu pandangan dunia Ahmad Tohari dalam OOP dan RDP 1 Pandangan Religius Ahmad Tohari yaitu seorang yang lahir di lingkungan pesantren. Sejak kecil ia telah dekat dengan kegiatan maupun pengetahuan agama. Walaupun demikian, Ahmad Tohari hidup di tengah-tengah masyarakat “abangan”. Orang-orang “abangan” yaitu orang yang berstatus agama Islam, namun masih terseret budaya kejawen. Orang-orang santri di lingkungannya yaitu minoritas. Ahmad Tohari sebagai penganut agama Islam sangat berpikir rasional. Ia tidak percaya adanya mitos-mitos yang mengarah ke animisme maupun dinamisme. Permasalahan mitos dimunculkan Ahmad Tohari RDP. Ketidakpercayaan Ahmad Tohari terhadap mitos dalam RDP disampaikan melalui Rasus. Ada sebuah keganjilan dalam dongeng lantaran Rasus yaitu potongan dari masyarakat Dukuh Paruk yang tak mengenal pendidikan dan agama. Oleh alasannya yaitu itu, seharusnya Rasus mempercayai adanya mitos tersebut. Akan tetapi, Ahmad Tohari menceritakan lain. Rasus dikontradiksikan dengan pandangan masyarakat Dukuh Paruk. Hal itu merupakan siasat Ahmad Tohari untuk menyelipkan pesan kepada pembaca mengenai ketidakpercayaannya terhadap mitos. Di dalam OOP, Ahmad Tohari mengulang soal mitos. Pandangan perihal mitos disampaikan melalui Pak Tarya. Pak Tarya dalam OOP lebih berposisi sebagai pemberi informasi. Pemikiran Pak Tarya pada OOP secara tidak pribadi sama dengan pemikiran Kabul yang tidak mempercayai mitos. Adapun pemikiran Pak Tarya mengenai mitos yaitu sebagai berikut. “Yah, kita telah disadarkan bahwa ternyata kadar animisme di tengah masyarakat kita masih tidak mengecewakan tinggi. Dengarkan Mas kabul, orang sini percaya misalnya, jenazah yang hanyut di sungai bisa mencegah kelongsoran tebing.” OOP 132-133 Di dalam OOP, Ahmad Tohari menuangkan pandangan mengenai agama secara lugas. Di dalam teks OOP, ada semacam riwayat atau dalil yang sengaja dihadirkan Ahmad Tohari. Riwayat tersebut berbunyi “Tidak diutus Kanjeng Nabi, kecuali untuk menyempurnakan adab manusia”. Riwayat inilah yang dijadikan kunci oleh Ahmad Tohari mengenai pandangannya soal agama. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Ahmad Tohari mengaktualisasikan agama bukan hanya sekadar sebagai simbol, namun lebih ke arah aktualisasi nilai agama yang berorentasi menjunjung harkat dan martabat manusia. 2 Pandangan Kesenian Ahmad Tohari memandang kesenian sebagai salah satu potongan dari kehidupan masyarakat. Kesenian merupakan ejawantah sikap insan yang mempunyai rasa, cipta, dan karsa. Ahmad Tohari menolak bentuk-bentuk politisasi kesenian. Pandangan Ahmad Tohari mengenai bentuk politisasi kesenian selalu terepetisi di setiap karyanya. Ada kemiripan penceritaan politisasi kesenian pada RDP dan OOP. Hal ini ditunjukkan dengan dua kutipan dongeng RDP dan OOP berikut. Ternyata lagu-lagu itu semua sudah dihafal oleh dukun ronggeng itu. Hanya di sana-sini ada pergantian kata atau kalimat. Kartareja mencicipi keganjilan lantaran dalam lagu-lagu itu diselipkan kata "rakyat" dan "revolusi", kata-kata mana terasa kurang dekat dalam hatinya. RDP 179 “Ya! Tapi jangan lupa, mintalah orang dinas kebudayaan mengubah pupuh-pupuh atau lirik nyanyian lengger. Sesuaikan kata-katanya dengan semangat Orde Baru. …” OOP 83 Kedua kutipan yang diambil dari teks RDP dan OOP tersebut memperlihatkan adanya suatu kemiripan. Kemiripan tersebut mengacu pada bentuk atau cara yang digunakan tokoh dongeng untuk memolitisasi kesenian ronggeng/lengger. Politisasi dilakukan dengan cara mengganti bait-bait lagu yang akan dinyanyikan peronggeng/pelengger. Bait-bait lagu tersebut diganti dengan kata-kata politis. Kata-kata politis tersebut yaitu bentuk upaya mendukung kelompok-kelompok politik tertentu. 3 Pandangan Sosial Ahmad Tohari yaitu sastrawan yang selalu memandang kasus sosial sebagai sentra inspirasi. Ia intens membahas tema-tema sosial dalam setiap karyanya. Ia tidak menyetujui adanya suatu tindakan yang menjadikan ketimpangan sosial dalam masyarakat. Ia selalu berpihak pada rakyat kecil yang tertindas. Rakyat kecil yaitu sosok yang harus dibela dalam memperjuangkan hak-haknya. Ahmad Tohari menyatakan bahwa ia ingin memperlihatkan bantuan terciptanya masyarakat yang mapan dan sejahtera dengan menggarap tema sosial dalam setiap karyanya. Hal ini ditunjukkan dalam pernyataan Ahmad Tohari berikut. “Dari awal, jadi begini. Hal itu berangkat dari komitmen saya untuk memperlihatkan bantuan bagi terciptanya masyarakat yang bermutu yang tatanan sosialnya itu adil, mapan, dan terciptanya rakyat yang diperhatikan hak-haknya. Komitmen Ahmad Tohari sangat terang dalam memperjuangkan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Ia menganggap dengan menggarap tema sosial dalam karya-karyanya akan bisa memberi konstribusi pencerahan nilai sosial terhadap masyarakat luas. Pemasungan hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh seseorang tidak dibenarkan dalam berkehidupan masyarakat. Di dalam RDP, nilai sosial digambarkan Ahmad Tohari dalam kutipan berikut. Makin usang tinggal di luar tanah airku yang kecil, saya makin bisa menilai kehidupan di pedukuhan itu secara kritis. Kemelaratan di sana terpelihara secara lestari lantaran kebodohan dan kemalasan penghuninya. Mereka hanya puas menjadi buruh tani. Atau berladang singkong kecil-kecilan. Bila ada sedikit panen, minuman keras memasuki setiap pintu rumah. RDP 86 Masalah sosial diceritakan Ahmad Tohari secara intens dalam OOP. Tema dalam OOP menyoroti perihal kasus sosial yang terjadi pada masa Orde Baru. Ketika sudah bertahun-tahun Indonesia merdeka, namun keadilan dalam masyarakat belum memperlihatkan prestasi yang positif. Di dalam OOP, Ahmad Tohari mendeskripsikan masyarakat kelas bawah. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan dongeng OOP berikut. Mereka, bawah umur proyek itu, yaitu generasi yang malang. Kebanyakan mereka meninggalkan kursi sekolah sebelum waktunya untuk masuk ke pasar tenaga kerja demi perut. Dan di proyek ini mereka digaji terlalu kecil lantaran pos anggaran untuk honor tertekan oleh besarnya faktor X OOP 59. Di dalam kutipan tersebut, Ahmad Tohari memberi pandangan bahwa konsep keadilan belum tercipta dalam masyarakat, terutama di masyarakat tingkat bawah. Kutipan di atas yaitu citra mengenai ketidakadilan dalam bidang pendidikan. Hak-hak pendidikan yang harus diterima oleh seorang anak harus hilang lantaran beban ekonomi. Selain itu, mereka tetap mendapat suatu ketidakadilan soal upah di daerah bekerja. 4 Pandangan Budaya Budaya selalu mengalami pergeseran, entah dalam bentuk fisik maupun fungsi. Inilah yang menjadi sorotan Ahmad Tohari. Ia memandang kultur budaya mengalami pergeseran lantaran sejarah. Sejarah telah menciptakan dominasi atas kepentingan-kepentingan tertentu hingga menciptakan pola pikir suatu masyarakat berubah. Perubahan masyarakat yaitu perubahan sejarah. Kebudayaan sebagai salah satu potongan sejarah tidak tidak mungkin untuk mengalami perubahan. Pandangan Ahmad Tohari mengenai perubahan budaya dalam RDP memperlihatkan adanya deteriorasi sistem tradisi kultural Dukuh Paruk. Deteriorasi ini dipandang dalam perspektif naturalisme Dukuh Paruk dan bukan dalam perspektif modernitas. Akan tetapi, hal ini yaitu kunci untuk membuka sistem sosial di Dukuh Paruk untuk menuju ke arah kebudayaan plural dan terbuka. Hal ini terlihat dalam kutipan bahwa Dukuh Paruk mulai dimasuki kultur luar. Di sana mulai ada pembangunan, alat komunikasi radio, dan orang-orang luar yang dinilai mempunyai wawasan yang lebih maju masuk ke dalam Dukuh Paruk. Egoisme masyarakat Dukuh Paruk yang dulu sangat menjunjung tinggi etika dan tradisi mulai luntur tererosi oleh budaya baru. Ironisme budaya sosial ditunjukkan Ahmad Tohari dalam OOP. Modernisasi dan globalisasi telah mengubah cara pikir dan kultur masyarakat. Masyarakat menuruti arus modernisasi dan globalisasi di segala arah. Mereka lebih banyak tidak memperhatikan kearifan sebagai insan yang telah dianut sebagian besar masyarakat. Tuntutan kemajuan budaya menciptakan masyarakat dituntut untuk mengejarnya dengan segala cara. 5 Pandangan Politik Ahmad Tohari intens menggarap tema-tema politik pada masa Orde Baru. Orde Baru dipandang Ahmad Tohari sebagai pemerintahan tidak demokratif. Orde Baru yaitu orde ketika Soeharto berkuasa. Ahmad Tohari memandang bahwa konsep kekuasaan yang dijalankan Soeharto menggandakan konsep kerajaan Mataram. Jika pada masa kerajaan Mataram ada upeti dari tingkat bawah hingga ke atas, pada masa pemerintahan Orde Baru menerapkan hal yang sama. Oleh lantaran itu, korupsi menjadi budaya ketika Orde Baru berlangsung. Tragedi politik tahun 1965 dan 1966 sangat memengaruhi penciptaan karya-karya Ahmad Tohari, terutama pada trilogi novel RDP. Realitas sejarah pada masa itu telah memberi banyak pandangan bagi Ahmad Tohari. Ahmad Tohari merepresentasikan korban bencana politik masa itu melalui Srintil. Srintil dianggap komunis lantaran ia diajak terlibat dalam rapat-rapat propaganda komunis. Srintil tidak mengetahui perihal komunis, ia hanya tiba rapat lantaran ia disuruh meronggeng. Srintil hanya tahu soal pentas ronggeng dan tidak mengetahui politik. Ia diperalat oleh orang-orang komunis. Srintil dicap komunis dan secara tidak pribadi Dukuh Paruk pun mendapat cap tersebut. Ada kemiripan penceritaan di dalam RDP dan OOP mengenai komunis dan labelisasi tidak higienis lingkungan. Labelisasi tidak higienis lingkungan digunakan untuk mengancam seseorang biar tunduk dalam kekuasaan orang yang mengancam. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan-kutipan berikut. "Kamu orang Dukuh Paruk mesti ingat. Kamu bekas PKI! Bila tidak mau berdasarkan akan saya kembalikan kau ke rumah tahanan. Kamu kira saya tidak bisa melakukannya?" RDP 383 “Baik. Tapi anda akan saya laporkan ke atas. Saya akan cari data jangan-jangan Anda tidak higienis lingkungan. Sebab indikatornya mulai jelas. Masa iya dimintai dukungan untuk pembangunan masjid Anda banyak berkelit. Cukup. Selamat malam. Dan selanjutnya mungkin anda tidak bisa mendapat proyek lagi. Atau Dalkijo akan memecat Anda” OOP 142 Kutipan tersebut memperlihatkan labelisasi tidak higienis lingkungan mempunyai daya kuasa untuk memaksa, menekan, memengaruhi, bahkan menahan seseorang. Hal ini menekankan bahwa pemerintah Orde Baru sangat diktatorial menumpas paham komunis. Komunis dianggap sebagai paham yang harus dibinasakan dari bumi Indonesia. Akan tetapi, kasus perihal labelisasi orang tidak higienis lingkungan mulai pudar sesudah periode reformasi. 6 Pandangan Ekonomi Ahmad Tohari menilai kapitalisme merugikan perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Kapitalisme semakin menguat lantaran pemerintah tidak profesional dalam menanganinya. Ahmad Tohari menambahkan bahwa intinya konsep kapitalisme tidak sepenuhnya buruk, namun praktiknya sering merugikan masyarakat kecil. Ahmad Tohari memandang arus modernitas dan globalisasi memacu masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif cenderung dilakukan oleh masyarakat menengah ke atas. Masyarakat kecil cenderung meminimalkan konsumsi lantaran keterbatasannya. Perilaku konsumtif juga didukung budaya feodal dan pragmatis sehingga sikap ini lebih mengacu pada kehidupan orang-orang yang dianggap sebagai priayi. Kesenjangan sosial yaitu dampak nyata dari tidak meratanya perekonomian yang dijalankan pemerintah. Kelompok-kelompok bermodal justru mendominasi perekonomian dan semakin menyingkirkan masyarakat kecil. Masyarakat kecil hanya hidup sebagai pekerja kasar, buruh, petani, dan lain-lain yang kehidupan ekonominya tetap stagnan bahkan semakin terpuruk. 7 Pandangan Nilai Moral Pandangan Ahmad Tohari mengenai nilai moral direpresentasikan melalui tokoh-tokoh dalam dongeng RDP dan OOP. Rasus yaitu tokoh dalam dongeng RDP yang diciptakan Ahmad Tohari untuk mewakili konsep idealisme. Rasus diceritakan sebagai seorang yang keras terhadap keyakinan pada dirinya. Idealisme tampak pada Rasus ketika ia tidak oke dengan adanya pelaksanaan tradisi bukak klambu, mitos-mitos yang dipercaya oleh masyarakat Dukuh Paruk, dan ketidakadilan sanksi pada orang-orang yang dianggap komunis sesudah kejadian politik tahun 1965. Selain itu, idealisme Rasus tampak pada kecintaannya terhadap Dukuh Paruk. Ia menginginkan biar Dukuh Paruk mempunyai kehidupan sosial yang lebih baik. Pandangan Ahmad Tohari mengenai idealisme direpresentasikan melalui Kabul dalam dongeng OOP. Kabul yaitu tokoh dongeng OOP yang selalu memegang teguh idealismenya sebagai insinyur. Seseorang yang idealis mengutamakan kejujuran hatinya. Kabul tidak terpengaruh kekuasaan, tekanan-tekanan, pemaksaan, dan lain-lain dalam mempertahankan idealismenya. Deskripsi mengenai pandangan dunia Ahmad Tohari di atas menyimpulkan bahwa Ahmad Tohari mempunyai aneka macam sudut pandang mengenai masalah-masalah dalam OOP dan RDP. Ada keterkaitan mengenai pandangan dunia Ahmad Tohari dalam OOP dan RDP. Tujuh kategori pandangan dunia yang dianalisis dan dibahas pada potongan sebelumnya selalu muncul dalam OOP dan RDP. Pandangan dunia Ahmad Tohari dalam OOP dan RDP jikalau dikerucutkan selalu menyinggung kasus humanisme. Pandangan humanisme Ahmad Tohari bersifat universal. Pandangan tersebut tidak hanya menyentuh satu kasus saja. Akan tetapi, pandangan dunia tersebut menyentuh aneka macam lini kehidupan mulai dari kasus religius, kesenian, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan nilai moral. Hal ini tidak terlepas dari niat Ahmad Tohari untuk memberi bantuan pada masyarakat dalam mewujudkan masyarakat yang tatanan sosialnya baik dan berkualitas. Berdasarkan pembahasan pandangan dunia di atas, disimpulkan bahwa ada keterkaitan pandangan dunia Ahmad Tohari dalam OOP dan RDP. Pandangan dunia tersebut mengerucut pada pandangan humanisme universal. 3. Struktur Sosial Novel Orang-orang Proyek dan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Struktur sosial merupakan unsur genetik penciptaan karya sastra Nugraheni Eko Wardani, 2009 56. kondisi sosial terlihat terang pada OOP dan RDP. Analisis struktur sosial OOP dan RDP menekankan pada dua institusi, yakni pemerintahan dan religi. 1 Institusi Pemerintahan Latar dongeng OOP memperlihatkan pada masa Orde Baru, yakni pada tahun 1991. Latar dongeng RDP memperlihatkan peristiwa-peristiwa pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Berdasarkan klarifikasi tersebut, potongan ini disampaikan deskripsi kondisi perpolitikan pada masa Orde Lama dan Orde Baru. a Orde Lama Orde Lama yaitu pemerintahan yang dipimpin oleh Sukarno. Orde Lama tercermin dalam alur dongeng RDP. Gambaran Orde Lama dalam RDP terutama dikala masa simpulan Orde Lama, yakni dikala berlakunya Demokrasi Terpimpin 1959-1966. Hal ini tampak pada pembahasan mengenai unsur latar waktu pada potongan sebelumnya, yakni latar waktu kejadian dongeng RDP banyak terjadi pada tahun 1960 hingga dengan tahun 1965. Pada masa Demokrasi Terpimpin muncul ketegangan antara Partai Komunis Indonesia PKI dan Tentara Nasional Indonesia TNI. Tentara Nasional Indonesia sebagai golongan fungsional harus menghadapi kasus yang rumit lantaran pada satu sisi Tentara Nasional Indonesia harus berpegang teguh pada Pancasila dan Undang-undang Dasar UUD 1945, namun di sisi lain harus menghadapi aneka macam intimidasi dan dominasi PKI Arif Yulianto, 2002 230. Jadi, pada waktu itu ada kekuatan besar yang sedang berseteru di bawah pimpinan Presiden Sukarno. PKI dan Tentara Nasional Indonesia menciptakan aneka macam kebijakan untuk memperlihatkan dominasi mereka di dalam kancah perpolitikan pada masa Demokrasi Terpimpin. PKI menciptakan organisasi-organisasi di beberapa bidang dan Tentara Nasional Indonesia pun menciptakan organisasi-organisasi untuk menandingi PKI. Di dalam bidang budaya, PKI membentuk sebuah forum berjulukan Lembaga Kebudayaan Daerah Lekra. Lekra bekerja di bidang kebudayaan dan kesenian. Lekra bertujuan menghimpun tenaga dan kegiatan para penulis, seniman, dan pelaku kebudayaan lainnya. Lekra berkeyakinan bahwa kebudayaan dan seni tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Lekra dibuat sebagai alat propaganda politik PKI. Kesenian dan kebudayaan dalam masyarakat dinilai strategis untuk mengembangkan paham-paham komunis. Berbagai macam seni dijadikan sarana berpolitik sebagai representasi kebudayaan rakyat. Bentuk kesenian tersebut antara lain wayang, sastra, kethoprak, lengger ronggeng, dan lain-lain. Di dalam RDP, disinggung mengenai praktik-praktik yang digencarkan Lekra. Hal tersebut ditunjukkan dalam dongeng RDP ketika Srintil disuruh untuk pentas dalam rapat-rapat propaganda PKI. Cerita tersebut yaitu representasi dari tindakan-tindakan yang dilakukan para pelopor Lekra. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ahmad Tohari berikut. “Mengapa trilogi ini saya tulis dengan mengambil latar kehidupan peronggengan di Dukuh Paruk? Karena ada pengalaman nyata di tahun 1965 semua kelompok ronggeng yang dianggap dari Lekra Lembaga Kesenian Rakyat yang komunis tidak boleh pentas. Dan kebanyakan para seniman ditahan.” Wijang J. Riyanto, dkk., 2006 42 Politisasi kesenian ini representasikan Ahmad Tohari dalam dongeng RDP. Berikut yaitu kutipan dongeng RDP yang mendukung pernyataan tersebut. lagu-lagu itu semua sudah dihafal oleh dukun ronggeng itu. Hanya di sana-sini ada pergantian kata atau kalimat. Kartareja mencicipi keganjilan lantaran dalam lagu-lagu itu diselipkan kata "rakyat" dan "revolusi", kata-kata mana terasa kurang dekat dalam hatinya. RDP 179 Pada tanggal 30 September 1965, ketegangan antara PKI dan Tentara Nasional Indonesia memuncak dan menjadikan malapetaka yang dahsyat bagi masyarakat Indonesia. PKI melaksanakan pemberontakan terhadap pemerintah. Pemberontakan tersebut disebut sebagai Gerakan 30 September 1965 Gestapu. Gerakan tersebut berlanjut pada hari berikutnya, yakni 1 Oktobers 1965 sehingga disebut Gerakan 1 Oktober 1965 Gestok. Gerakan tersebut melaksanakan agresi dengan cara menculik dan membunuh tujuh perwira tinggi TNI. Kemarahan di badan Tentara Nasional Indonesia memuncak akhir kejadian tersebut. Tentara Nasional Indonesia membalasnya dengan menculik dan membinasakan orang-orang komunis. Jadi, orang-orang yang ikut dalam PKI termasuk pelopor Lekra ditahan dan dibunuh. Ada juga yang diasingkan ke sebuah daerah terpencil, menyerupai pulau Buru. Realitas mengenai Gestapu dan Gestok di atas diungkap Ahmad Tohari dalam dongeng RDP. Hal ini ditunjukkan dengan kutipan dongeng RDP berikut. Dua ahad yang jor-joran, sarat dengan pemberontakan budaya. Tayub yang secara resmi tidak boleh pemerintah, pada pasar malam bulan September 1965 itu digalakkan kembali dengan semena-mena…Sampailah hari pertama bulan Oktober. Hari pertama yang disusul hari-hari berikutnya, suatu masa yang tidak bisa dimengerti oleh siapa pun di Dukuh Paruk. Tiba-tiba mereka mencicipi kehidupan menjadi gagudan limbung. RDP 237 Pemberontakan yang disebut sebagai Gestapu dan Gestok kesudahannya sanggup dikendalikan Mayor Jenderal Soeharto yang pada dikala itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat Pangkostrad. Soeharto dinilai sebagai seorang pahlawan yang berjasa dalam penumpasan Gestapu dan Gestok. Keberhasilan Soeharto memimpin Tentara Nasional Indonesia AD dalam menumpas Gestapu dan Gestok kuat terhadap arah peta politik Indonesia. Walaupun demikian, kebijakan Soeharto untuk menumpas orang-orang komunis yaitu suatu hal yang sangat tidak menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Pemberantasan orang-orang yang dianggap komunis diceritakan oleh Ahmad Tohari dalam RDP. Cerita ini yaitu representasi dari tindakan Soeharto pada masa simpulan Orde Lama. Rumah-rumah orang-orang komunis dibakar dan orang-orang yang dianggap komunis diangkut dengan truk dan dibawa ke suatu daerah untuk diasingkan atau dibunuh. Berikut yaitu kutipan dongeng RDP yang sesuai dengan klarifikasi di atas. Tengah malam Februari 1966 di sebuah kota kecil di sudut tenggara Jawa Tengah. Kegelapan yang mencekam telah berlangsung setengah tahun lamanya. Tak ada orang keluar sesudah matahari terbenam kecuali para petugas keamanan tentara, polisi, dan para militer. Tembakan bedil masih terdengar satu-dua di kejauhan. Dan kadang cakrawala malam bernoda merah, ada rumah yang dibakar. ada deru truk berhenti disusul bunyi langkah sepatu yang berat, kemudian berangkat lagi. RDP 247 b Orde Baru Orde Baru menandai berakhirnya pemerintahan Orde Lama. Peristiwa Gestapu dan Gestok telah menciderai pemerintahan Sukarno. Pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dipimpin oleh Presiden Sukarno mengalami kemunduran. Masyarakat dan mahasiswa melaksanakan demonstrasi-demonstrasi mengkritik pemerintah. Pada tanggal 10 Januari 1966 muncul tiga tuntutan dari mahasiswa yang disebut sebagai Tiga Tuntutan Rakyat Tritura. Isi Tritura adalah 1 bubarkan PKI; 2 turunkan harga; dan 3 bubarkan Kabinet Dwikora. Pada tanggal 11 Maret 1966 muncul Supersemar. Presiden Sukarno memberi mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala kebijakan yang dianggap perlu untuk menjaga stabilitas keamanan nasional. Surat perintah tersebut dinamakan Surat Perintah Sebelas Maret Supersemar lantaran diberikan pada tanggal 11 Maret. Supersemar mengawali langkah pertama Soeharto untuk naik tahta menjadi presiden. Pada tanggal 27 Maret 1968, Soeharto diangkat menjadi presiden Republik Indonesia secara penuh berdasarkan Ketetapan No. XLIV/MPRS/1968 Arif Yulianto, 2002 247. Pemerintahan Orde Baru tercermin dalam dongeng RDP potongan simpulan dan semua dongeng OOP. Di dalam RDP, yakni pada potongan Jantera Bianglala, diceritakan ada pembangunan susukan irigasi di Dukuh Paruk. Berikut yaitu kutipan dongeng yang memperlihatkan pernyataan tersebut. Bajus dan teman-temannya dikirim pribadi dari Jakarta untuk mengawali pembangunan sebuah bendungan yang akan mengairi dua ribu lima ratus hektar sawah yang sebagian besar terletak di kecamatan Dawuan.RDP308 Hal itu yaitu representasi pemerintahan Orde Baru yang sedang giat-giatnya membangun negeri. Pemerintahan Orde Baru disebut sebagai periode pembangunan sehingga Soeharto dijuluki sebagai “Bapak Pembangunan”. Pada dongeng OOP, representasi Orde Baru lebih menekankan pada alat politik Orde Baru, yakni Golkar. Nama Golkar diubah menjadi Golongan Lestari Menang GLM. GLM diceritakan sebagai partai golongan penguasa yang sangat berkuasa. GLM meliputi aneka macam aspek struktur masyarakat bahkan pegawai negeri dan ABRI. Hal ini ditunjukkan dengan kutipan dongeng OOP berikut. Memang ya. Karena, sistem kekuasaan di bawah Golongan Lestari Menang, GLM, menempatkan jajaran perangkat desa dan kelurahan seluruh Indonesia menjadi onderbouw mereka. Jajaran perangkat desa yaitu satu di antara tiga pilar penopang GLM. Dua pilar lain yaitu birokrasi pegawai negeri dan ABRI. Maka, suka atau tidak, Kades menyerupai Basar sudah tercantum sebagai kader Golongan Lestari Menang. OOP 84 Keberadaan PPP, Golkar, dan PDI direpresentasikan Ahmad Tohari dalam dongeng OOP. Golkar diceritakan sebagai partai golongan yang sangat berkuasa. Deskripsi mengenai partai-partai tersebut dianalogikan oleh Ahmad Tohari dengan sosok wayang, yakni Gatotkaca. Berikut yaitu data kutipan dongeng OOP yang memperlihatkan pernyataan tersebut. “Eh, di masa pembangunan, semua dalang harus kreatif mencipta lakon yang bersemangat Orde Baru. Dan Gatotkaca Kembar Tiga menceritakan ada tiga Gatotkaca. Yang satu ber-kampuh warna hijau, satu lagi ber-kampuh warna merah, dan yang lain ber-kampuh warna lambang GLM. Dan simpulan dongeng membuktikan, sang Gatotkaca yang ber-kampuh warna GLM-lah yang asli. Lainnya palsu dan kerjanya bikin kacau negara.” OOP 82 Orde Baru yaitu suatu orde pemerintahan yang dinilai sarat kegiatan korupsi. Korupsi merajalela di segala aspek dan bidang. Sebenarnya ada upaya dari pemerintah untuk menumpas korupsi, namun upaya tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang sanggup dibanggakan. Amin Rahayu 2005 menyatakan bahwa pidato kenegaraan Presiden Soeharto di depan anggota DPR/MPR tanggal 16 Agustus 1967 memberi isyarat bahwa ia bertekad untuk membasmi korupsi di Indonesia hingga ke akar-akarnya. Wujud dari tekad itu yaitu pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi TPK yang diketuai Jaksa Agung. Pada tahun 1970 muncul protes dari mahasiswa mengenai kinerja TPK yang dinilai kurang bisa memberantas korupsi. Amin Rahayu lebih lanjut menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan negara menyerupai Bulog, Pertamina, dan Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat lantaran dianggap sarang korupsi. Cerita OOP juga membahas mengenai praktik korupsi di Indonesia. Korupsi yang membudaya pada masa Orde Baru dijadikan salah satu unsur pembangun dongeng oleh Ahmad Tohari dalam OOP. Hal ini ditunjukkan dengan kutipan dongeng OOP berikut. Maka, apakah kata “korupsi” dikenal dalam sistem kekuasaan kerajaan? Tidak. Karena bumi, air, udara, dan kekayaan yang terkandung serta insan yang hidup di atasnya yaitu milik raja dan para pembantunya. “Korupsi” hanya ada pada kamus negara republik. Tapi republik belum pernah tegak di negeri ini. OOP 149 2 Institusi Religi Institusi religi berkaitan dengan kepercayaan supranatural yang diwujudkan dengan praktik-praktik simbolik peribadatan. Indonesia yaitu negara yang ikut mengurusi kehidupan beragama masyarakatnya. Oleh lantaran itu, hak dan kebebasan untuk memeluk agama diatur dalam undang-undang. Setiap orang mempunyai kebebasan dan hak untuk beragama. Di lain sisi, adanya kepercayaan-kepercayaan tertentu juga diakui keberadaannya oleh negara. Di dalam RDP dan OOP, ada dongeng mengenai mitos yang mengacu pada animisme. Animisme yang dianut masyarakat termasuk dalam tataran institusi religi. Selain itu, diungkapkan ajaran-ajaran Islam walau tidak secara eksplisit ditunjukkan dalam teks. RDP dan OOP merepresentasikan masyarakat Jawa. Oleh lantaran itu, ada pengungkapan mengenai religiositas masyarakat Jawa. Animisme dalam dongeng RDP dan OOP ditunjukkan dengan kutipan dongeng berikut. Cerita yang kumaksud yaitu sebagian dongeng yang hanya dimiliki oleh Dukuh Paruk. Konon berdasarkan dongeng tersebut pernah terjadi sepasang insan mati di pekuburan itu dalam keadaan tidak senonoh. Mereka kena kutuk sesudah berjinah di atas makam Ki Secamenggala. Semua orang Dukuh Paruk percaya penuh akan kebenaran dongeng itu. Kecuali saya yang meragukannya dan mencurigainya hanya sebagai salah satu perjuangan melestarikan keangkeran makam moyang orang Dukuh Paruk itu. RDP 68 “Yah, kita telah disadarkan bahwa ternyata kadar animisme di tengah masyarakat kita masih tidak mengecewakan tinggi. Dengarkan Mas kabul, orang sini percaya misalnya, jenazah yang hanyut di sungai bisa mencegah kelongsoran tebing.” OOP 132-133 Mayoritas penduduk Indonesia―khususnya Jawa―memeluk agama Islam. Institusi religi masyarakat Jawa dibagi menjadi dua, yakni santri dan “abangan”. Santri yaitu orang Islam yang taat menjalankan ibadah, sedangkan “abangan” yaitu orang-orang Islam yang masih memegang kuat tradisi kejawen. Santri dan “abangan” berbaur menjadi satu dalam kehidupan masyarakat Jawa. Ahmad Tohari digolongkan dalam masyarakat santri. Lingkungan keluarga Ahmad Tohari yaitu lingkungan santri. Ia sudah dekat dengan lingkungan santri semenjak kecil. Ayah Ahmad Tohari yaitu ketua Nahdatul Ulama NU tingkat kecamatan yang sekaligus bekerja sebagai pegawai Kantor Urusan Agama KUA. Kesantrian keluarga Ahmad Tohari dimulai semenjak generasi ayahnya. Masyarakat “abangan” masih mempercayai adat-adat kejawen yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Mereka beribadah selayaknya orang Islam, namun di sisi lain mereka masih melaksanakan ritual-ritual kejawen. Ritual tersebut menyerupai menyimpan pusaka, mengeramatkan suatu tempat, percaya sesajen, dan lain-lain. Bentuk kebudayaan dan kesenian masyarakat “abangan” menyerupai wayang, lengger ronggeng, kuda lumping, debus, dan lain-lain. Ahmad Tohari hidup di pinggiran Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. Ahmad Tohari hidup dalam lingkungan keluarga santri, namun masyarakat di sekitar lingkungannya mayoritas yaitu masyarakat “abangan”. Jadi, kaum santri yaitu kaum yang minoritas di desa Ahmad Tohari. Masyarakat “abangan” di desa Ahmad Tohari mayoritas masih buta karakter dan hidup bertani di ladang atau sawah yang kurang subur. Ahmad Tohari tidak selalu hidup di lingkungannya sendiri. Ia ikut berbaur bersama masyarakat “abangan” di desanya sehingga ia mengenal ritual-ritual kejawen, bahkan pertunjukkan ronggeng. Berdasarkan pembahasan mengenai struktur sosial, novel OOP dan RDP mempunyai homologi atau persamaan dengan realitas sosial di masyarakat. Jadi, sanggup disimpulkan bahwa ada homologi antara struktur teks novel dan struktur sosial yang turut mengondisikan jalinan cerita. D. Simpulan dan Saran Ada keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Pandangan dunia Ahmad Tohari dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yaitu pandangan humanisme universal yang terdiri dari pandangan religius, kesenian, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan nilai moral. Institusi pemerintahan dalam trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk memperlihatkan struktur sosial pada masa transisi Orde Lama dan Orde baru, sedangkan pada novel Orang-orang Proyek memperlihatkan struktur sosial pada pertengahan Orde Baru. Institusi religi memperlihatkan struktur religi masyarakat Jawa dibagi menjadi dua golongan, yakni santri dan “abangan”. Ada kaitan dan homologi antara struktur teks dan struktur sosial dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk. Pembaca sebaiknya mengimplementasikan nilai-nilai positif dalam karya sastra yang telah dibacanya dalam berperilaku di masyarakat. Nilai-nilai positif dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk, menyerupai sikap memperjuangkan nilai-nilai humanisme, tidak mempercayai mitos, dan mempertahankan idealisme. Novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yaitu materi bacaan sastra yang berkualitas sehingga masyarakat disarankan untuk membacanya. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tohari. 2007. Orang-orang Proyek. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. ________. 2009. Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Amin Rahayu. 2005. ”Sejarah Korupsi di Indonesia” dalam Arif Yulianto. 2002. Hubungan Sipil Militer di Indonesia Pasca Orba di Tengah Pusaran Demokrasi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Burhan Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Chennells, 1993. “Marxist and Pan-Africanist Literary Theories and a Sociology of Zimbabwean Literature”. Zambezia, XX ii, 128-129. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik hingga Post-Modernisme. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Iswanto. 2003. “Penelitian Sastra dalam Perspektif Strukturalisme Genetik” dalam Metodologi Penelitian Sastra Jabrohim, ed.. Yogyakarta Hanindita Graha Widya. Jiwa Atmaja. 2009. Kritik Sastra Kiri. Bali Udayana Univesity Press. Nugraheni Eko Wardani. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta Sebelas Maret University Press. Nyoman Kutha Ratna. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta Unit Penerbitan Sastra Asia Barat. Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi Penelitian Sastra Epistimologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta FBS UNY. Titik Maslikatin. 2003. “Belenggu Karya Armijn Pane Kajian Strukturalisme Genetik”. Jurnal Argapura. 23, No. 1 1-20. Wijang J. Riyanto, dkk. 2006. Proses Kreatif Ahmad Tohari dalam Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk. Surakarta Taman Budaya Jawa Tengah Zainuddin Fananie. 2002. Telaah Sastra. Surakarta Muhammadiyah University Press.NovelOrang-orang Proyek karya Ahmad Tohari adalah novel yang sudah tidak asing bagi penggemar karya sastra Indonesia. Novel ini pertama kali diterbitkan oleh penerbit Jendela pada Juli 2002 di Yogyakarta. Novel yang memiliki tebal 228 halaman ini dicetak di kertas hvs dengan ukuran 12x18cm.
ArticlePDF Available AbstractThis study wants to reveal the truth procedures in Ahmad Tohari's novel Orang-Orang Proyek, as a part of an event and a factor in the presence of a new subject. This research would answer the problem how was the subjectification of Ahmad Tohari in Orang-Orang Proyek novel as truth procedures? This study used the set theory by Alain Badiou. The set theory explained that within a set there were members of "Existing" or Being and events as "Plural" members. The results proved that the subjectivity between Tohari and New Order events produced literary works Orang-Orang Proyek. This happened because there was a positive relationship between the author and the event as well as on the naming of the event. Not only as of the subject but also do a fidelity to what he believed to be a truth. The truth procedures or the void—originating from the New Order event—was in the history of the making of a bridge in a village in Java island, Indonesia during the New Order period that filled with corruption, collusion, and nepotism. Tohari then embodied it in his novel. By the presences of the novel, we could know the category of Tohari's presentation as a new subject such as faithful, reactive, and obscure. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 107 NOVEL ORANG-ORANG PROYEK SEJARAH ORDE BARU Ramis Raufa, Risma Santi Raufb, Eko Hariantoc Unit Program Belajar Jarak Jauh-Universitas Terbuka Kendari Jalan Nasution, Bundaran Anduonohu, Kel. Kambu, Kec. Kambu Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia pos-el Abstrak Penelitian ini mengungkapkan prosedur kebenaran di dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari denganmenggunakanteori himpunan yang dicetuskan oleh Alain Badiou yang menjelaskan bahwa di dalam suatu himpunan terdapat anggota “yang Ada” atau Being dan peristiwa beserta situs peristiwa sebagai anggota “yang Jamak”. Hasil penelitian membuktikan bahwa proses subjektifasi Tohari dan peristiwa Orde Barumenghasilkan karya sastra Orang-Orang Proyek. Hal ini terjadi karena terdapat hubungan positif antara diri pengarang dan peristiwa sekaligus penamaan atas peristiwa. Tidak hanya itu, Tohari sebagai subjek melakukan sebuah kesetiaan fidelity terhadap apa yang dia yakini sebagai sebuah kebenaran. Prosedur kebenaran atau situs peristiwaberupa rekam jejak sejarah pembuatan jembatan di sebuah desa, di pulau Jawa, Indonesia pada masa orde baru yang penuh dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tohari kemudian mengejawantahkannya ke dalam novel Orang-Orang Proyek-nya. Melalui hal inilah kita dapat mengetahui kategori presentasi seorang Tohari sebagai subjek baru yang yakin, reaktif, dan kabur. Kata Kunci prosedur kebenaran, subjektifasi, pengarang, peristiwa, orde baru The Novel “Orang-Orang Proyek” The History of The New Order Abstract This study wants to reveal the truth procedures in Ahmad Tohari's novel Orang-Orang Proyek, as a part of an event and a factor in the presence of a new subject. This research would answer the problem how was the subjectification of Ahmad Tohari in Orang-Orang Proyek novel as truth procedures? This study used the set theory by Alain Badiou. The set theory explained that within a set there were members of "Existing" or Being and events as "Plural" members. The results proved that the subjectivity between Tohari and New Order events produced literary works Orang-Orang Proyek. This happened because there was a positive relationship between the author and the event as well as on the naming of the event. Not only as of the subject but also do a fidelity to what he believed to be a truth. The truth procedures or the void—originating from the New Order event—was in the history of the making of a bridge in a village in Java island, Indonesia during the New Order period that filled with corruption, collusion, and nepotism. Tohari then embodied it in his novel. By the presences of the novel, we could know the category of Tohari's presentation as a new subject such as faithful, reactive, and obscure. Keywords truth procedures, subjectivity, author, event, new order era. PENDAHULUAN Sebuah karya sastra dikatakan baik apabila ia dapat mengungkap atau menyuarakan fenomena problematis kehidupan sosial. Faruk, 2015. Keberhasilan suatu karya dapat diidentifikasi melalui eratnya keterkaitan timbal balik dalam derajat tertentu karya termaksud terhadap Telaga Bahasa April 2020 108 kompleksitas dinamika bermasyarakat. Kenyataan dalam ruang-ruang publik kemudian menemukan korelasinya yang padu dalam dimensi dan lapis-lapis makna sebuah karya. Paling tidak, hal ini dapat kita pinjam dari bagaimana Goldmann 1977 mendefinisikan prinsip homologi dalam karya sastra, tanpa melupakan bagaimana Abrams memulai gagasan ini dalam konstruksi “karya sastra sebagai proyeksi kehidupan masyarakat”. Berbicara mengenai karya, sejak imperium strukturalisme merajai bidang kajian dalam ruang-ruang akademis, berarti juga berbicara bagaimana gagasan pengarang di dalamnya. Subjek pengarang paling tidak juga bisa dikatakan sebagai jembatankorelasi antara karya dan semesta. Menurut Faruk 2015, pengarang merupakan anggota hidup dalam suatu sistem kultural. Itulah mengapa proses penciptaan karya dapat dikatakan sebagai percikan-percikan kecil kebudayaan, sebuah kerja tarik-menarik penciptaan yang tidak terlepas dari berbagai bahan dasar yang tersebar di ruang makrokosmos, yang tentu saja tidak nir-makna. Tidak keliru jika kelak disimpulkan bahwa karya sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihayatinya. Dengan demikian, akan dijumpai kemungkinan mengenai korelasi antara pengarang, karya sastra, dan masyarakatnya. Menurut Badiou 2009, pengarang dapat terpresentasi sebagai subjek baru yang terdiri atas subjek yakin, subjek reaktif dan subjek kabur sebagai konsekuensi atas proses subjektifasinya dengan lingkungan sosial masyarakat tempatnya hidup. Ahmad Tohari sebagai sosok yang sempat mengecap pahit-manis pemerintahan Orde Baru, tidak dapat melepaskan proses kreatifnya dari segenap gairah yang mewarnai tahun-tahun kekuasaan Soeharto. Karya-karyanya nyata dipengaruhi entitas tak terhingga yang bertebaran di masa kejayaan sebuah zaman yang terkenal dengan program Pelita-nya. Ia tumbuh menjadi sosok yang demikian mencintai kampung halamannya, tempat ia mengenal orang-orang yang relatif setara dalam sistem pergaulan; sebuah latar belakang yang memberikannya cukup alasan untuk menentang segala bentuk sistem pemerintahan feodal dan kapital. Penentangan demi penentangan yang bergolak dalam jiwanya, membuat nasibnya tidak berjalan mulus pada masa itu. Tohari dianggap terlalu “kiri”, dituduh anggota PKI. Presumsi yang membuatnya sempat diinterogasi selama berminggu-minggu di Kodim Banyumas atas novelnya Orang-orang Proyek, hingga kemudian dikenakan wajib lapor. Celakanya, interogator bahkan tidak mengerti seperti apa dunia sastra. Ia yang seorang nahdliyin orang-orang Nahdlatul Ulama juga sempat dipaksa mengaku sebagai anggota PKI dan berhaluan komunis. Pemaksaan itu terus ditampiknya, hingga ia harus meminta bantuan Gus Dur. Ia terbebas, sambil terus memelihara pertanyaan dalam kepalanya mengapa ia dituduh dan dihubung-hubungkan dengan pergolakan PKI. Pertanyaan yang cukup naif, sebab ia menulis semua hal yang merupakan wujud realitas selama kuku Orde Baru mencabik-cabik kehidupan di sudut Banyumas. Pengalaman pahit itu terus membekas dan menjadi hantu dalam dirinya. Ia trauma bertemu aparat militer dan kepolisian. Ide dan gagasannya menulis cerita mengalami kemandegan. Ia menjadi tidak produktif. Lima tahun kemudian, setelah tidak melahirkan satu karyapun, Tohari bangkit dari keterpurukan dan melepaskan diri dari hantu masa lalunya. Orde Baru bisa dikatakan sebagai tonggak perkembangan ekonomi Indonesia. Pada masa ini, roda pertumbuhan ekonomi melaju dengan kecepatan yang cukup signifikan. Imbasnya, pendapatan perkapita, perluasan lahan pertanian, pembangunan Ramis Raufa, Risma Santi Raufb, Eko Hariantoc “Novel Orang-Orang Proyek Sejarah Orde Baru” 109 infrastruktur, mengalami akselerasi demikian pesat. Hal tersebut tidak terlalu mengherankan sebab program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional yang sempat terpuruk mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Ketetapan MPRS 1996 tentang Pembaruan Kebijakan Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, yang kemudian diteruskan oleh Kabinet AMPERA, makin menguatkan upaya pengerahan segala sumber daya demi mewujudkan ketercapaian program-program pembangunan. Program-program yang dimaksudkan untuk mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan; debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian; dan orientasi pada kepentingan produsen kecil. Kita tidak akan membahas semua rencana dan bukti-bukti pencapaian Orde Baru, terlepas dari segala dinamika di dalamnya, tetapi berfokus pada sisi pembangunan infrastruktur, yang selanjutnya terimplementasi dalam pola umum Pembangunan Jangka Panjang—dengan rentang waktu 25 hingga 30 tahun, dan dilakukan secara periodik lima tahunan, atau yang selama ini kita kenal sebagai Pelita. Pola pembangunan inilah yang selanjutnya dapat dikatakan sebagai titik tumpu yang melatarbelakangi rangkaian peristiwa dalam Orang-Orang Proyek. Kemunculan realitas-realitas yang terjadi di masyarakat dalam novel ini bisa diasumsikan sebagai multiple atau multiplicity yang memengaruhi terjadinya pembentukan subjek pengarang sebagai subjek baru. Pembentukan subjek ini, oleh Badiou, disebut sebagai proses subjektifasi yang melibatkan presentasi―“yang ada” being dan peristiwa event atau―“yang jamak” sebagai anggota di dalam suatu himpunanAlain Badiou, 2005. Event atau peristiwa dalam pemikiran Badiou harus dipahami dan dibedah dari kacamata teori himpunan set theory matematik karena terdapat perhitungan angka di dalamnya. Maksudnya adalah teori himpunan, sebagai sebuah prosedur, menjelaskan kumpulan dari kumpulan atau bagian dari bagian. Bagian-bagian yang dimunculkan dalam teori himpunan—yang dapat diambil secara acak lewat pemilihan angka-angka—disebut Badiou sebagai―“state of situation” atau sering juga dinamai “represented multiplicities”, yang merujuk pada situasi event, atau keadaan, being ada, yang representasi dan presentasinya berupa subjek kekosongan. Teori himpunan juga memungkinkan untuk memikirkan sebuah posisi transfinite dari tiap bagian himpunan yang bersifat tak terhingga ke dalam dimensi-dimensi yang tak terbayangkan banyaknya Alain Badiou, 2004. Menurut Badiou dalam Rauf, 2018, kita hidup dalam himpunan yang di dalamnya terdapat situasi atau peristiwa event, dijumpa sesuatu―“yang ada” tetapi keberadaannya tidak diakui oleh anggota himpunan yang lain kekosongan. Kekosongan ini sebenarnya akan menuntun pada suatu kebenaran yang dihadirkan dalam bentuk kehadiran baru. Proses menuju suatu kebenaran itu adalah subjektifasi. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan pembahasan subjektifasi secara komprehensif. Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan bagaimana subjektifasi Ahmad Tohari melalui novel Orang-Orang Proyek sebagai sebuah prosedur kebenaran? Terdapat beberapa penelitian yang mengangkat novel Orang-Orang Proyek sebagai objek materialnya. Pada tahun 2014, Alfian Khoirul Sujatmiko 2015 melakukan penelitian terhadap Orang-Orang Proyek dengan judul “Aspek Moral Dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Telaga Bahasa April 2020 110 Sastra di SMA”. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, ini menyimpulkan bahwa 1 latar sosio-historis Ahmad Tohari, seorang sastrawan yangsuka mengangkat tema tentang tokoh orang kecil dan orang tertindas, 2 secara strukturalalur dalam novel Orang-Orang Proyek yaitu alur maju Progresif. Tokoh dalamnovel terdiri dari tokoh utama yaitu Kabul dan tokoh tambahan Insiyur Dalkijo,Pak Basar, Pak Tarya, Mak Sumeh, dan Wati. Latar waktu terjadi pada tahun1991 sampai dengan tahun 1992. Latar sosial adalah kehidupan orang kecil yangmenjadi korban dari perbuatan dan kekuasaan orang yang berkuasa. Latar tempatterjadi di sebuah proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor terletak di DesaCibawor, 3 aspek moral dalam nove Orang-orang Proyek terdapat empat aspekmoral, a aspek moral kemanusiaan, b aspek moral pergaulan, c aspek moralkeadilan, d aspek moral keagamaan, 4 Hasil penelitian ini juga dapatdiimplementasikan ke dalam pembelajaran sastra di SMA khususnya kelas XI. Selanjutnya, Haryo Pangestu, Mahasiswa Unversitas Negeri Yogyakarta, meneliti wacana kekuasaanyang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Selain wacana kekuasaan, dalam penelitianini juga memaparkan strategi kekuasaan yang digunakan dan relasi kekuasaan yangterdapat di dalamnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1 wacana kekuasaan dalam novel Orang-Orang Proyek bersifat normalisasi menjaga dan regulasi melarang dan menghukum; 2strategi kekuasaan dalam novel Orang-Orang Proyek yang digunakan terepresentasi secarahubungan negatif pengabaian, penolakan dan penyamaran, siklus laranganancaman dantekanan, instansi aturan mengatur boleh tidaknya melakukan sesuatu, terepresentasi secaralogika sensor menegaskan sistem kekuasaan yang dimilikinya; 3 bentuk relasi kekuasaaandalam novel Orang-Orang Proyek terdapat dalam pemikiran, politik dan lembaga digunakansebagai alatnyaHaryo Pangestu, 2016. Ari Raharjo 2017 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris mengkaji Novel Divergent dengan dengan judul“Rebellion in Divergent Novel By Veronica Roth 2011 A Psychoanalytic Approach”. Ari mencoba menunjukkan pemberontakan Tokoh Tris, karakter utama dalam Novel Divergent oleh Veronica Roth yang didasarkan pada pendekatan psikoanalitik dalam kaitannya dengan id, ego dan superego studi menunjukkan simpulan-simpulan berikut. Pertama, didasarkan pada analisis struktural, itu menunjukkan bahwa karakter dan karakterisasi, pengaturan, plot, gaya dan tema novel terkait menjadi kesatuan yang padat. Kedua, berdasarkan analisis psikoanalitik novel memberitahu bahwa karakter utama, Tris memiliki masalah psikologis karakter utama pertemuan menyebabkan konflik kondisi mental. Kemudian, berkembang menjadi ambisi apakah ia pemberontakan tindakan terhadap golongan Erudite. Ambisi besarnya adalah melawan pendapat Erudite bahwa Divergent berbahaya. Dari ketiga penelitian tersebut, belum ada yang membahas mengenai subjektifasi pengarang terhadap novel dan hal yang melatarbelakanginya, terutama Ahmad Tohari terhadap karyanya Orang-Orang Proyek sebagai sebuah prosedur kebenaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengedukasi generasi penerus bangsa terkait dengan pemanfaatan bahasa dan sastra Indonesia sebagai perekat kebinekaaan untuk industri kreatif, pariwisata, dan kearifan lingkungan dalam upaya membangun budaya bangsa Indonesia. Dengan melalui novel Orang-Orang Proyek, diharapkan para pemuda dan pelajar mampu mempelajari rekam Ramis Raufa, Risma Santi Raufb, Eko Hariantoc “Novel Orang-Orang Proyek Sejarah Orde Baru” 111 jejak sejarah masa lampau untuk mengetahui identitas dan jati diri bangsanya. TEORI Teori himpunan adalah teori yang mendeskripsikan suatu himpunan yang terbentuk atas elemen-elemen “yang Ada” dan “yang jamak”. Elemen “yang ada” adalah elemen atau anggota himpunan yang presentasinya belum terhitung presentasi murni atau kekosongan dan yang terhitung berdasarkan itu, elemen “yang jamak” adalah elemen atau anggota himpunan yang terdiri dari peristiwa dan situs peristiwannya. Kehadiran peristiwa secara aktual diputuskan secara aksiomatik oleh subjek. Aksiomatik adalah postulat atau sesuatu yang ditetapkan sebagai titik berangkat analisis. Berangkat dari penjelasan singkat tersebut, dapat diasumsikan seperti ini, anggaplah Indonesia di dalam novel Orang-orang Proyek adalah satu himpunan besar yang di dalamnya terdiri atas anggota-anggota pembentuk himpunan tersebut. Anggota-anggota tersebut seperti masyarakat dan peristiwa besar. Kemudian, masyarakat ini pun merupakan sebuah himpunan kecil yang terdiri dari individu dan kelompok sebagai komponen-komponen pembentuknya. Asumsi di atas disimpulkan dalam suatu istilah pertalian yang dikelompokkan ke dalam dua jenis presentasi, yakni being atau yang ada’ dan event atau yang jamak’. Sesuatu “yang ada” dan “yang jamak” ini menuntun kita pada suatu proses panjang kehadiran subjek di dalam suatu himpunan besar. Ketika presentasi “yang ada” dan “yang jamak” terjadi hubungan yang positif, dengan meyakini bahwa setiap peristiwa selalu datang dengan situs kebenarannya, dapat dipastikan akan membentuk subjek baru. Konsekuensinya adalah subjek baru tersebut dapat menghasilkan suatu kebenaran utuh melalui sebuah kehadiran baru atau malah justru melenyapkan kebenaran. Badiou 2005 dalam Being and Events, menjabarkan tesisnya tentang peristiwa melalui teori himpunan—dengan penebalan untuk menandakan tema-tema kunci dari konsep selalu dimulai dari kejamakan inkonsisten hlm. 25. Namun—setelah dioperasikan—kejamakan itu bersifat kejamakan konsisten inilah yang disebut situasi. Selanjutnya, situasi ini ditransformasi lagi menjadi representasi. Representasi merupakan status dari situasi hlm. 60-61. Status dari situasi selalu memiliki ekses atau kelebihan, yang luput dari representasi yakni kekosongan itu sendiri hlm. 64. Dari sini muncul peristiwa. Peristiwa atau event adalah situasi dalam himpunan, sekaligus retakan dari himpunan itu. Itulah mengapa kekosongan {ø} selalu bisa diisi oleh nominal berapapun 1, 2, 3, dan tak terbatas, tetapi pada saat yang sama ia selalu berada di luar setiap himpunan hlm. 35. Tepat pada titik inilah, karena berada di luar representasi, kekosongan itu terlibat dalam intervensi “politik”; ia menggugat eksistensi representasi sekaligus menjaga jarak dengannya karena tidak memiliki presentasi. Ia adalah ultra-satu hlm. 182-183. Meski tidak memiliki presentasi, ia memiliki nama berupa nilai rujukan hlm. 203. Itulah mengapa kekosongan bukanlah fantasi, melainkan materi’. Yang memberi nama pada kekosongan ini tak lain adalah subjek itu sendiri hlm. 225. Tahapan pertama adalah menentukan objek material penelitian. Objek material yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Orang-Orang Proyek yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Tahapan kedua yang dilakukan setelah mendapatkan objek materialadalah melakukan pembacaan menyeluruh terhadap novel Orang-Orang Proyek untuk menemukan isu-isu dan permasalahan yang menarik untuk diteliti. Adapun Telaga Bahasa April 2020 112 isuatau permasalahan yang akan diangkat adalah prosedur kebenaran dalamkaitannya dengan pembentukan subjek baru subjektifasi pengarang sebagaiakibat dari inkorporasinya dengan lingkungan sosialnya. Isu ini kemudian ditentukansebagai objek ketiga adalah menentukan teori yang terkait dengan objekformal penelitian yang akan dijadikan sebagai landasan berpikir, pedoman atau tuntunan sekaligus cara kerja dalam upaya memecahkan permasalahan subjektifasi pengarang. Adapun teori yang digunakan adalah teori himpunanset theory yang digagas Alain Badiou. Analisis data dilakukan dengan menyandingkan data yang termasuk ke dalam kelompok being dan kelompok data event. Untuk mencari proses subjektifasi Ahmad Tohari sebagai being pengarang, terlebih dahulu diklasifikasikan bahwa Tohari merupakan―“yang ada” sebagai anggota di dalam himpunan kota Banyumas. Langkah selanjutnya―mengklasifikasikan data yang termasuk peristiwa dan situs peristiwa, mendeskripsikan ketercantuman subjek dalam sebuah kejamakan, mencurigai setiap prosedur kebenaran yang ada di dalam himpunan untuk mengklasifikasikan data yang terkait dengan pemaksaan forcing, dan mendeskripsikan bentuk kesetiaan fidelity subjek terhadap prosedur kebenaran yang ada. Selanjutnya, digunakan metode deskriptif analitik untuk mendeskripsikan proses inkorporasi antara Ahmad Tohari sebagai being di dalam himpunan kota Banyumas dan event atau peristiwa. Kemudian, menghubungkannya dengan konsep teori himpunan Alain Badiou yang diperoleh melalui proses kajian pustaka tekstual. Sehingga dapat ditarik satuhipotesis awal bahwa novel Orang-Orang Proyek tersebut merupakan subjek baru dari hasil subjektifasi Ahmad Tohari sebagai pengarang. HASIL DAN PEMBAHASAN Ahmad Tohari dan Adonan Inkorporasi Novel Lingkar Tanah Air menandai awal kebangkitan Ahmad Tohari sebagai seorang penulis. Sejak saat itu, dia mengerti hal pokok yang dibutuhkan seorang penulis, bahwa seorang penulis harus memiliki sesuatu yang tak dapat diterima dalam diri penulis itu sendiri. Ketika konflik batin tidak hadir dalam diri penulis, tidak akan ada yang bisa dilahirkan dalam tulisan. Proses inkorporasi yang menempatkan Tohari sebagai being individu yang terbentuk dari multiple pemahamannya terhadap ide-ide kehidupan, latar belakang, serta persinggungannya dengan Orde Baru terimplementasi menjadi sebuah prinsip event/kejadian yang berlangsung terus-menerus. Kenyataannya, pembangunan di Indonesia diwarnai dengan ragam multiple yang berupa praktik-praktik feodalisme dan kepentingan golongan yang diletakkan jauh di atas kepentingan masyarakat. Proses inkorporasi di atas berlanjut dan menemukan bentuknya hingga ke tahap proses subjektifasi. Subjektifasi merupakan hasil atas pertarungan gagasan yang lahir dari rahim pemikiran seorang Tohari—sebagai seorang individu yang merdeka—dengan ideologi pemerintahan Orde Baru. Benturan-benturan yang berkenaan dengan multiplicities yang merupakan anak kandung dari letupan-letupan idenya sebagai individu dengan cita-cita pembangunan di rezim Soeharto inilah yang selanjutnya mewujud dalam bentuk karya—selayaknya cerminan dirinya dan respon atas gejolak sosio-kultural—dalam Novel Orang-Orang Proyek. Kita dapat membentangkan secara jernih kerangka pemikiran yang bersandar pada teori Alain Badiou dalam konsep yang lebih representatif pada bagian selanjutnya dalam tulisan ini. Pengarang—Tokoh dalam Simpul Subjektifasi Hasil analisis pada beberapa tokoh dalam novel tampak—mengejawantahkan tiga Ramis Raufa, Risma Santi Raufb, Eko Hariantoc “Novel Orang-Orang Proyek Sejarah Orde Baru” 113 pola new subject sebagai hasil akhir dari proses subjektifasi. Ketiganya masing-masing merepresentasikan subjek reaktif, subjek kabur, dan subjek yakin. Kehadiran ketiga hasil subjektifasi ini dapat mengantarkan kita pada pemahaman betapa Tohari telah mengalami sebuah inkorporasi, berenang ke dalam lautan pengalamannya yang diramu dari ideologinya sebagai individu merdeka dan segala ekstrinsikalitas berupa kehidupan politik, budaya, dan sejarah, yang mengalir di luar dirinya. Letupan-letupan itu yang kemudian melahirkan serangkaian peristiwa dalam karyanya, yang darinya kita dapat bercermin tentang banyak hal, termasuk perihal bagaimana ia bersikap terhadap gejolak lingkungannya. Dalam novel Orang-orang Proyek, Kabul adalah being individuyang dicitrakan sebagai seorang insinyur sekaligus mantan aktivis di kampusnya. Profesinya sebagai insinyur proyek pembangunan jembatan mengantarkannya pada kecamuk pergolakan batin dalam dirinya. “Permainan” yang terjadi dalam proyek menuntutnya mengambil sikap atas segala bentuk konsekuensi yang kelak bersentuhan dengan orang banyak. Nuraninya berteriak merespons sesuatu yang tidak pada tempatnya. Kepala dan dadanya berkecamuk, sesuatu yang tidak dapat diterima nalar dan akarnya terjadi demikian telanjang di depan matanya. “Pada tingkat ini, permainan berarti memanipulasi kualitas dan kuantitas barang yang dibeli untuk keperluan Insinyur Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu bangunan dipermainkan, masyarakatlah yang pasti akan menanggung akibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini adalah pengkhianatan terhadap derajat Kabul merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu sudah menjadi kewajaran dan menggejala di mana-mana, sampai masyarakat sekitar proyek pun ikut melakukannya”Tohari, 2015 32. Kabul sebagai being, dengan ideologi-ideologinya sebagai mantan aktivis mahasiswa—menentang rezim pemerintahan sebagai event yang penuh intrik politik dan korupsi. Pergesekan yang demikian besar terjadi antara diri Kabul dan rezim yang berlaku. Ideologi tokoh ini selanjutnya tidak sekadar bergesekan, tetapi juga berbenturan; sebuah kontestasi kompleks antara subjek dan semesta di luar dirinya. Inkorporasi lantas menemukan bentuknya yang nyata dalam tataran ini. Betapa tidak, Kabul dideskripsikan sebagai kepala insinyur yang memimpin proyek infrastruktur pemerintah. Orde Baru yang melahirkan gejala penyelewengan hingga kemudian hal-hal amoral tersebut dianggap sebagai sesuatu yang lumrah—dan lazim dalam dunia proyek dan pembangunan. “Seperti pernah sampeyan katakan, karena banyaknya penyimpangan dan penyelewengan?Hal ini agaknya sudah menjadi gejala umum dimana-mana. Sedihnya lagi, tak sedikit insinyur telah kehilangan komitmen profesi dan tanggung jawab moral keilmuan mereka[…]”halaman 78. Sebagai subjek protagonis yang memikul beban ideologi kepengarangan, kita dapat menyebut tokoh ini sebagai implementasi lahiriah tidak setuju dengan kenyataan yang sedang terjadi di sekitarnya. Ia menyesalkan kenyataan betapa sangat banyak insinyur yang kehilangan profesionalitasnya karena terjerumus ke dalam konspirasi politis yang tidak menghasilkan apa-apa, kecuali kerusakan. Sementara di pihak lain, para pemegang saham duduk manis menikmati Telaga Bahasa April 2020 114 hasil penipuan dan lobi-lobi politik. Para pejabat, pemegang tampuk kekuasaan, dan orang-orang dalam golongan mereka lantas menjadi lintah-lintah kelaparan yang meminta darah rakyat kecil sebagai tumbalnya. Kenyataan yang mengusik dan melukai tokoh Kabul, dalam kapasitasnya sebagai insinyur yang manusiawi. “Memang sih, Pak, sekarang ini di mana tidak ada orang edan?Jajaran Birokrasi pemerintah, gudangnya. Jajaran penegak hukum, tentara, Depdikbud, Depag, sama saja. Pengusaha kantor, bankir, tak ada beda” halaman 79. Kutipan di atas mendeskripsikan truth procedure pada masa yang dialami oleh procedure dalam novel ini adalah kehadiran jajaran birokrasi pemerintah yang bekerja tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh wakil rakyat. Para birokrat justru memanipulasi hukum dan kebijakan yang seharusnya. Dalam kasus proyek yang dijalani Kabul, praktik korupsi bukan hal baru bagi orang-orang di tak ketinggalan menyasar praktik feodalisme di zaman Orde Baru. Melalui tokoh Kabul, ia dengan lantang mengkritisi cara-cara implementasi feodalisme dalam konteks keterkinian. Nilai-nilai dan standar moral menjadi isapan jempol, selebihnya orang-orang akan suka melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan, terlepas dari hal demikian sejalan dengan prinsip bernegara atau malah berseberangan. “Apa yang kamu kira Negara kita yang konon ber-Pancasila ini, dan semua aparatusnya sudah ditatar P4, adalah Negara republik demokrasi? Bangun, bangun! Hentikan sadarlah kita hidup di bawah orde feodal baru” halaman 127. Praktik feodal sebagai multiple memiliki pengaruh besar dalam kekuasaan pemerintah. Kutipan di atas menunjukkan adanya kebenaran politik truth procedure serta jejak histori a belonging to history pada masa kekuasaan pemerintah yang feodalisme. Kabul—sebagai subjek—terinkorporasi dengan kebenaran politik dan jejak sejarah feodal sebagai mengalami proses inkorporasi yang panjang, terjadilah proses subjektifasi terhadap tokoh Kabul. Hal tersebut dibuktikan melalui kutipan berikut. “Dan Maaf, Pak, saya bukan dari kalangan seperti itu. Jadi saya memilih mengundurkan diri terhitung sejak hari ini”halaman 230. Proses subjektifasi Kabul dalam praktiknya mampu mempertahankan nilai-nilai yang sejak awal eksis dalam dirinya; nilai-nilai idealisme. Toleransi yang ia berikan sudah sangat melampaui batas. Akhirnya,iaputuskan untuk tidak meneruskan proyek yang dikerjakan karena tidak sesuai dengan apa yang selama ini diyakininya. Proses subjektifasi ini menghasilkan Kabul sebagai subjek baru new subject yang faithful subjek yakin. Dikatakan demikian sebab Kabul dapat menerima jejak sejarah a belonging to history dan mereproduksinya kembali dalam sebuah yang menentang kebenaran politik truth procedure yang feodal dan birokrasi pemerintahan korup. Dengan demikian, dapat disimpulkanbahwa tokoh Kabul merupakan representasi dari salah satu karakter Ahmad Tohari sebagai pengarang yang menentang sistem pemerintahan Orde Baru, di bawah kungkungan atau belenggu nafsu Soeharto yang feodal. Berbeda halnya dengan Kabul, tokoh Dalkijo dinarasikan sebagai tokoh antagonis yang menentang idealisme yang dimiliki oleh Kabul. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut Ramis Raufa, Risma Santi Raufb, Eko Hariantoc “Novel Orang-Orang Proyek Sejarah Orde Baru” 115 “Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa kan, yang namanya aktivis punya idealism yang kolot. Tapi setelah bekerja seperti ini, Dik Kabul harus tunduk kepada kenyataan” halaman 32. Kutipan di atas menjelaskan proses inkorporasi dari idealisme tokoh Dalkijo dan merupakan bagian dari kebenaran politik truth procedure yang mendeskripsikanpenerimaan Dalkijo terhadap kebobrokan pemerintahan. Penerimaan yang mengindikasikan sebuah pemakluman dan persetujuan terhadap kondisi yang korup. Sebagai tokoh yang berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu, kita dapat menempatkan kenyataan cerita tersebut sebagai multiple/event, Dalkijo merasa harus mengentaskan kemiskinan dalam dirinya. Program pengentasan tidak akan berhenti sekalipun ia harus menutup mata atas kenyataan yang terjadi di sekitarnya. “Ir. Dalkijo yang nyatanya adalah tokoh GLM akan memecat Kabul karena ternyata tidak loyal. Ya, Loyalitas yang buta adalah budaya yang sangat dipentingkan dalam kultur GLM” halaman 168. Kutipan diatas menunjukkan kehadiran multiple, sebentuk loyalitas buta adalah proses pengaburan atau pengabsolutan obscure suatu nilai yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Kondisi multiple kemudian terinkorporasi dengan Dalkijo yang juga didukung denganmultiple lain berupa pembalasan dendam terhadap kemiskinan yang mencengkeram diri serta keluarganya. “Saya kini punya kemampuan untuk membalas dendam terhadap kemiskinan yang begitu lama menyengsarakan kami. Saya sudah melakukan apa yang dibilang orang sebagai tobat melarat. Selamat tinggal nasi tiwul, tikar pandan, atau rumah berlantai tanah, beratap rendah”halaman 33. Kita perlu memeriksa multiple lainyang terindikasi turut dengan idealisme tokoh Dalkijo sebagai golongan yang menuntut loyalitas buta. Inkorporasi termaksud mendorong terjadinya absolutisme atau pengaburan obscure terhadap kebenaran politik truth procedure yang menjelaskan bahwa kepentingan pribadi dan kelompoknya adalah hal yang utama diatas segalanya. Hasil inkorporasi tersebut membawa tokoh Dalkijo menuju proses subjektifasi yang menyihir Dalkijo menjadi subjek baruyang menyebabkan ia disebut sebagai subjek kabur. “Dengar Dik. Untuk memeriksa atau bahkan menahan dik Kabul, mereka akan menemukan banyak alasan. Misalnya, menghambat pelaksanaan program pembangunan, tidak loyal kepada pemerintah, menentang Orde Baru, sampai kepada indikasi bahaya laten komunis. Dan sekali lagi Dik Kabul akan masuk daftar hitam; Dik Kabul akan tetap diawasi dan mungkin tidak akan bekerja dimanapun”halaman 229. Kutipan di atas menunjukkan bahwa Dalkijo berusaha untuk mengancam Kabul apabila lelaki itu tetap teguh pada pendiriannya dengan menjunjung idealismenya. Dalkijo juga mengatakan segala kemungkinan yang akan terjadi jika Kabul tidak menuruti kemauannya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Dalkijo merupakan subjek kabur sebagai hasil dari proses subjektifasi. Dikatakan sebagai objek Telaga Bahasa April 2020 116 kabur karena Dalkijo berusaha mengaburkan kebenaran politik mengenai praktik korupsi yang sudah sangat jelas menyimpang. Korupsi yang tentu saja hanya merugikan semua pihak, kecuali golongan GLM yang berusaha meraup keuntungan sebanyak mungkin demi kepuasan pribadi dan kelompoknya melalui berbagai cara. Sementara itu, Pak Tarya dihadirkan sebagai tokoh untuk menjelaskan jejak sejaraha belonging to history. Maksudnya, Pak Tarya ditempatkan sebagai subjek yang bertugas menjelaskan latar belakang sejarah sebagai multiple dari pembangunan ulang Jembatan Cibawor yang merupakan produk gagal dari proyek pemerintah. “Ayah Pak Tarya ditembak mati oleh para pemuda yang dicintainya di tubir jembatan yang kemudian mereka ledakkan. Sampai kapanpun kebrutalan itu, meski mengatasnamakan semangat Revolusi 1945, tak terlupakan oleh Pak Tarya”halaman 14. Kutipan di atasmendeskripsikan jejak sejarah a belonging to history dari masa revolusi yang terjadi pada tahun 1945. Ketika itu dijelaskan bahwa peledakan jembatan lebih memiliki dampak buruk dibanding dengan tidak diledakkan karena pada akhirnya Jembatan Cibawor utama penghubung desa terputus dari dunia empat puluh tahun desa yang terisolasi itu makin terseok dalam ketertinggalannya pada segala bidang. “Ya memang harus dimaklumi, Masalahnya , disini Kang Martasatang memang hanya satu. Tapi martasatang-martasatang yang lain jumlahnya puluhan ribu, atau bahkan puluhan juta. Mereka ada jadi terkorbankan demi pembangunan ini-itu. Seperti Kang Marasatang saat ini , mereka kehilangan masa depan. Lalu apa yang akan terjadi bila mereka seperti Kang Martasatang; Habis kesabaran lalu mengamuk?”halaman 153-153. Kutipan di atas memberikan gambaran apa yang dialami oleh orang-orang kecil dalam Orang-Orang Proyek. Subjek Pak Tarya adalah bentuk dari multiple yang ikut berinkorporasi dengan subjek Kabul. Pak Tarya kemudian bersubjektifasi menjadi subjek yakin pertama yang memproduksi jejak sejarah a belonging to history dan mempertahankan kebenaran tersebut dengan mempertahankan ideologi dan nilai-nilai yang diyakininya. Proses pemertahanan tersebut terus bertahan di tengah arus badai Orde Baru dengan segala bentuk korupsi dan intrik-intrik politik kotor lainnya. “Mas Kabul, dulu Ki Hajar Dewantara bilang begini. Pilih mana dari dua kondisi ini Numpak montor sinambi sawan tangis atau Mikul dhawet sinambi rengeng-rengeng. Secara samar Ki Hajar menganjurkan orang memilih kondisi yang kedua. Yakni, hidup sederhana sambil mengembangkan rasa, dan dengan ini orang bisa yang pertama?Yakni, hidup banyak harta namun terus gelisah karena selalu diburu oleh keserakahan sendiri”halaman 222. Kutipan tersebut menggambarkan ketenangan hidup yang ia dapatkan dari nilai-nilai kesederhanaan yang diyakininya. Ia percaya bahwa lebih baik hidup secukupnya tetapi aman dan damai Ramis Raufa, Risma Santi Raufb, Eko Hariantoc “Novel Orang-Orang Proyek Sejarah Orde Baru” 117 dibanding bergelimang harta tetapi terjerumus dalam persekongkolan yang merugikan orang banyak. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pak Taryo lahir sebagai new subject, yakni subjek yakin pertama yang memproduksi jejak sejarah a belonging to history dan mempertahankan kebenaran politik truth procedure sehingga dapat memengaruhi subjek yakin kedua untuk tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Subjek Pak Tarya, lebih jauh, juga merepresentasikan nilai-nilai yang dianut oleh Tohari, berasaskan latar belakang pengarang sebagai seorang santri pesantren yang besar dalam pandangan dan cara hidup yang sederhana. PENUTUP Penjelasan panjang pada bagian terdahulu, mengantar kita pada kesimpulan yang jelas. Perlu dipahami, pengarang mengalami inkorporasi dengan potongan sejarah dalam rezim Orde Baru. Proses itu membawanya pada penghayatan mendalam dan menciptakan subjektifasi. Hasil dari proses subjektifasi kemudian lahir dalam bentuk baru, dalam kerangka new subject. Entitas dalam perbincangan ini tidak lain kecuali karya sastra itu sendiri Orang-Orang Proyek. Orang-Orang Proyek sebagai subjek baru–hasil inkorporasi atau peleburan mendalam pengarang dengan lingkungan histori–sosio–kulutural–dalam konsep yang lebih jauh melahirkan dua pola lainnya, yakni subjek yakin dan subjek kabur. Kedua subjek yang terkunci dalam satu tangkup new pemaknaan penulis dalam konsep kerja interpretasi, tidak ditemukan tokoh dengan ciri reaktif. Beberapa tokoh berdiri sebagai delegasi polarisasi di atas Kabul diidentifikasi sebagai subjek yakin; Dalkijo dicirikan sebagai subjek kabur; Pak Tarya dinarasikan sebagai subjek yakin pertama. Ketiganya bekerja sebagai implementasi dari kenyataan konsep teori betapa pengarang–dalam proses pembuatan karya sastra–benar-benar melalui jalan panjang inkorporasi dengan hal-hal di luar dirinya, untuk selanjutnya melahirkan subjek baru dan polarisasi subjektifasi di dalamnya. Sebagai sebuah karya, Orang-orang Proyek berhasil mengungkap sisi gelap dari imperium historis Indonesia yang bernama Orde Baru. Seperti yang dikatakan para ahli, sastra tidak lahir dari kekosongan sejarah. Kenyataan ini mendorong kita pada kesadaran untuk memahami sebuah problem dari perspektif sejarah dalam kerangka kesastraan. Artinya, legalitas referensial novel ini sebagai rujukan sejarah bangsa dapat dipertanggungjawabkan. DAFTAR PUSTAKA Alain Badiou. 2004. Infinite Thought; disusun oleh BookEns Ltd, Royston, Herts. New York Continuum International Publishing Group. Alain Badiou. 2005. Being and Event; terjemahan bahasa Inggris. New York Continuum International Publishing Group. Ari Raharjo. 2017. Rebellion in Divergent Novel By Veronica Roth 2011 A Psychoanalytic Approach. Muhammadiyah University of Surakarta. Badiou, A. 2009. Logics of Worlds; diterjemahkan oleh Alberto Toscano. New York Continuum International Publishing Group. Faruk. 2015. Pengantar Sosiologi Sastra, edisi revisi. Yogyakarta Pustaka Pelajar Offset. Goldmann, L. 1977. Towards A Sociology of the Novel. London Tavistock Publications Ltd. Haryo Pangestu. 2016. Wacana Kekuasaan dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari Analisis Kekuasaan Foucauldian. Journal of UNY Student, 15. Retrieved from MPRS. 1996. Ketetapan MPRS Tentang Pembaruan Kebijakan Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan. In Telaga Bahasa April 2020 118 Ketetapan MPRS. Jakarta Pemerintah Republik Indonesia. Rauf, R. 2018. Novel Divergent Sebagai Prosedur Kebenaran Subjektifasi Veronica Roth dalam Perspektif Alain Badiou. Universitas Gadjah Mada. Sujatmoko, A. K. 2015. Aspek Moral dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from Tohari, A. 2015. Orang-Orang Proyek 1st ed.. Yogyakarta Gramedia Pustaka Utama. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Divergent Sebagai Prosedur Kebenaran Subjektifasi Veronica Roth dalam Perspektif Alain BadiouR RaufRauf, R. 2018. Novel Divergent Sebagai Prosedur Kebenaran Subjektifasi Veronica Roth dalam Perspektif Alain Badiou. Universitas Gadjah Moral dalam Novel Orang-OrangA K SujatmokoSujatmoko, A. K. 2015. Aspek Moral dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA Universitas
. 359 200 360 247 177 210 356 3